Hidayatullah.com –Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang baru, Irjen Tito Karnavian, diharapkan untuk menggunakan pendekatan yang lebih manusiawi dalam melakukan pemberantasan terorisme.
Hal itu disampaikan Pengamat Terorisme, Mustofa B. Nahrawardaya kepada Hidayatullah.com usai mengisi Tabligh Akbar Alumni Haji bertema ‘Penanganan Kasus Terorisme’ di Auditorium RS Bani Saleh, Jl. Kartini 66, Bekasi, Ahad (20/03/2016).
Pasalnya, menurut Mustofa, selama ini cara yang digunakan oleh Densus sebagai eksekutor BNPT di lapangan, cenderung arogan dan tidak humanis. Misalnya dengan memperlihatkan aksinya di depan anak-anak.
“Ini tentu tidak elegan lah, jadi terorisme tidak bisa dihadapi dengan kekerasan, tapi dengan humanisme. Ini Indonesia bukan luar negeri, semakin dia dihadapi dengan kekerasan, semakin pula dia akan melakukan perlawanan dengan berbagai dalih dan cara,” jelasnya.
Untuk itu, ia berharap Densus lebih memahami realitas yang ada. Apalagi, lanjutnya, selama ini yang sering menjadi sasaran adalah umat Islam.
“Masa nggak bisa, ini mayoritas muslim lho. Jadi tolong Densus itu memahami ini, jangan sampai mayoritas ini difitnah, dicaci maki, dihina dengan isu terorisme. Ini kedepannya tidak baik, tentu akan menimbulkan sangka-sangka, menimbulkan propaganda, bahkan permusuhan jangka panjang,” papar Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) ini.
“Kalau ini yang terus terjadi maka, keberadaan Densus itu tidak membantu dalam pemberantasan terorisme tapi justru menyuburkan munculnya generasi-generasi atau bibit baru terorisme,” tambahnya.
Terkait kepala BNPT yang baru, Mustofa berharap dengan pengalaman Tito yang cukup luas dalam pemberantasan terorisme, akan berbeda dengan sebelumnya.
“Kalau kepala BNPT terdahulu dicap sebagai orang yang sadis, ucapannya pun tidak menyejukkan. Saya harap pak Tito kawan saya itu merubah, mengambil pelajaran dari sebelumnya. Dekatilah umat Islam dengan baik tanpa harus melukai mereka,” pungkasnya.*