Hidayatullah.com–Dalam lawatannya ke Islamabad, Pimpinan Pondok Pesantren Rafah di Bogor KH Nasir Zein mengadakan pertemuan dengan sejumlah mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di International Islamic University Islamabad (IIUI).
Di depan para mahasiswa Kiai Nasir menyampaikan bahwa umat Islam di Indonesia sudah mulai mendapatkan apa yang dicari selama ini, yakni izzah (kemuliaan) Islam.
“Umat Islam di indonesia mulai mendapati apa yang ingin dicapai, yaitu izzah Islam. Izzah ini timbul di saat kita umat Islam merasa bahwa kita punya kekuatan, persatuan, persaudaraan dan tidak merasa asing antara satu sama lain; memaknai perbedaan sebagai perbedaan yang variatif bukan kontradiktif,” kata Kiai Nasir di salah satu Guest House di sekitar Islamabad, Pakistan, Senin (30/01/2017) malam.
Ia juga mengajak mahasiswa untuk menjaga dan merawat izzah Islam tersebut. Ada tiga hal yang ditekankan untuk merawat izzah Islam.
Mahasiswa Pakistan Kecam Bashar al Assad atas Serangan Kejam di Aleppo
Pertama, shalat Subuh berjamaah. Jika kita ingin memperbaiki diri, maka yang pertama kali diperbaiki adalah ibadah atau hubungan dengan Allah Subhanahu Wata’ala.
“Dahulu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. selalu mengabsen para sahabat untuk shalat jamaah Subuh. Abdullah bin masud ra. mengatakan bahwa di zaman Rasulullah Subhanahu Wata’ala. tidak ada orang yang absen shalat Subuh kecuali dia munafik. Dan benar sabda rasulullah Subhanahu Wata’ala.: “shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan Subuh,” terangnya.
Kedua, menyampaikan kebaikan dan memberikan pencerahan kepada masyarakat walaupun kita nantinya akan menjadi sasaran dengki.
“Duplikasi merupakan bagian dari penyebaran ilmu. Imam mawardi berkata ilmu itu ada lima: diam ketika disampaikan, Aktif hati dan pikiran, Menghapal, Mengamalkan, menyebarkan. Dan sudah menjadi sunnatullah, setiap orang yang diberi nikmat pasti jadi sasaran iri dengki,” tegasnya.
Hormati Aksi Damai 212, PPMI Pakistan Gelar Doa Bersama dan Khataman Quran
Ketiga, Konsolidasi dengan menjaga kebersamaan dan beramal bersama di tengah berbagai tantangan benih-benih perpecahan dari perbedaan yang dibesar-besarkan.
“Kita harus memahami bahwa perbedaan itu keniscayaan. Rasulullah Subhanahu Wata’ala bersabda:” sesungguhnya orang-orang di antara kalian yang hidup setelah wafatku akan menyaksikan ikhtilaf”. Ada juga atsar yang mengatakan bahwa perbedaan itu adalah rahmat. Jadi, perbedaan daerah, suku, ormas itu untuk ta’aruf dan bukan untuk perpecahan. Kita adalah seperti satu anggota tubuh, ada yang menjadi tangan, ada yang menjadi kaki yang saling menyempurnakan”. Pungkasnya.
Acara yang berlangsung hangat ini diakhiri dengan sesi tanya-jawab dan dilanjutkan dengan doa yang dipimpin langsung oleh KH Nasir Zein sendiri.*/kiriman Fakhruddin A (Pakistan)