Hidayatullah.com–Sebuah diskusi publik yang bertema “Aliran-aliran dalam Islam; Haruskah Syiah Ditolak?” yang digelar di IAIN Sunan Ampel Surabaya berakhir ricuh. Acara yang berlangsung pada Senin, 22 Oktober 2012 tersebut mendatangkan empat pembicara, di antaranya: Emha Ainun Najib (Budayawan), Prof. Dr Syamsul Arifin (Sosiolog UMM yang juga tokoh Muhammadiyah), Drs. Agus Sunyoto, M.Pd, dan Dr. Umar Syihab (Ketua Dewan Ahlul Bait Indonesia).
Acara tersebut cukup banyak menarik perhatian mahasiswa dan masyarakat dari luar IAIN Surabaya, hingga memadati Aula Fakultas Ushuluddin. Bahkan sejumlah penganut Syiah pun turut hadir. Hanya saja, pembicara dari Ahlul Bait Indonesia (ABI) batal tampil setibanya di kampus IAIN Surabaya. Belakangan diketahui bahwa ketidakhadiran Umar Shihab karena ada keberatan pihak aparat.
Habib Ahmad Zein al-Kaff, yang merupakan anggota Syuriah PWNU Jatim dan Ketua Yayasan Al-Bayyinat mengaku telah melapor acara ini ke Polda Jatim agar dibubarkan. Alasannya, mengacu Fatwa MUI Jawa Timur dan nomor 55 tahun 2012.
“Saya tadi minta acara seminar tentang Syiah agar dihentikan dan dibubarkan. Ini karena sudah ada fatwa MUI Jatim yang menyatakan ajaran Syiah sesat dan didukung Pergub Jatim yang melarang aliran-aliran sesat berkembang di Jatim. Tadi Umar Shihab dari ABI ketemu saya langsung lari,” jelasnya
Berdasarkan jalannya acara, dialog publik tersebut jauh dari harapan sesuai tema yang diusung, sebab para pembicara tidak memberikan kesimpulan yang jelas dan cenderung mengaburkan pemahaman lebih dari 300 peserta yang hadir.
Jumpa Fans
Diawali oleh Emha Ainun Najib yang memaparkan tentang khilafiyah (perbedaan) dalam Islam. Ia nampaknya ia mengambil “jalan aman” dengan bersikap skeptis. Namun demikian, mendengar pemaparannya tentang khilafiyah tersebut, Emha yang kerap dijululuki pers “Kiai Mbeling” mengesankan bahwa perbedaan Sunni-Syiah tidak berbeda sebagaimana NU-Muhammadiyah, sebagaimana sebelumnya ia banyak membicarakan kasus perbedaan antara NU dengan Muhammadiyah.
Selajutnya Agus Sunyoto membawakan pemaparan yang memuat pesan di dalamnya bahwa, umat Muslim harus mewaspadai setiap peristiwa yang ada, sebab boleh jadi merupakan konspirasi Yahudi dalam memecah belah umat Islam.
Terakhir, Syamsul Arif, dosen Universitas Muhammadiyah Malang yang sedang melakukan riset sosiologi tentang Syiah di Madura ini, menyampaikan bahwa perbedaan antara Sunni dengan Syiah hanyalah perkara sosial dan bukan perkara agama.
Sebagaimana telah disinggung, acara diskusi publik tersebut kurang menyentuh tema dan terkesan hanya menjadi semacam acara hiburan atau “jumpa fans” dengan Emha Ainun Najib. Hingga salah seorang panitia pun merasa gerah dengan mendesak pembicara untuk menyatakan kejelasan kesimpulan. Alih-alih bersikap tegas dalam berkesimpulan, Emha justru sempat menghardik seorang penanya lainnya, yang sebelumnya beropini bahwa pemahaman Syiah jauh berbeda dari Ahlus Sunnah.
Dengan nada tinggi Emha berkata, “Saya bukan MUI. Saya tidak mengerti Hadis! Makanya tidak mau mengeluarkan fatwa.”
Alhasil sampai sesi tanya jawab telah selesai, acara diskusi publik berakhir dengan antiklimaks. Namun sebelum acara ditutup dengan doa, Habib Ahmad Zein al-Kaff yang datang lebih awal dan duduk di kursi paling depan, meminta kesempatan bicara kepada panitia.
Sambil berdiri di depan, dengan ia memperkenalkan diri dan menyampaikan bahwa Syiah telah menyimpang. Seketika itu forum menjadi bergemuruh, kemudian berubah menjadi ricuh setelah peserta yang sebagian besar aktivis liberal dan Syiah merasa berang.
Di tempat duduk bagian belakang –rombongan Syiah yang datang dari luar IAIN Surabaya- meneriakkan sebuah komando, “Ya Hussein.. Ya Hussein!”
Kericuhan tersebut segera diredakan. Habib Ahmad Zein dikawal beberapa orang untuk meninggalkan tempat acara menuju mobilnya. Sebelumnya Habib Ahmad Zein meninggalkan kampus IAIN Surabaya, beliau menitipkan sebuah buku untuk disampaikan kepada Emha Ainun Najib seraya berpesan, “Kita harus membela Agama kita. Mereka telah menghina Agama kita.” */Kiriman Ahsan Hakim, dari komunitas Underground Tauhid