Hidayatullah.com–Para siswa duduk teratur dan rapi. Anak pria duduk di dikiri dan para siswa perempuan di sebelah kanan, dibatasi jalan menuju panggung.
Backdrops dan dekorasi juga perlengkapan pertunjukan itu murni swadaya siswa. Rohis yang dibimbing para guru Nampak sangat telaten menuntun mereka.
Seperti biasa, layaknya peringatan hari besar agama, setelah pembacaan Al-Quran dan terjemahanya, dilanjutkan kalimat sambutan dan doa Istighfar, doa memohon ampun dari surat Al-a’raf ayat 23.
Ada yang istimewa bagi saya pribadi selama tinggal di Kualalumpur (KL). Suasana itu membawa saya melayang jauh ke jantung Ibu Kota Indonesia di Jakarta yang dipenuhi riuh nyaring suara dzikir-dzikir bacaan seperti itu di setiap mushola. Apalagi di masjid kampung saya di Jawa, syiir tanpo waton, sholawat tarhim sebelum Subuh sangat mudah kita dengarkan.
Kamis kemaren itu, saya didapuk oleh Armansyah Harahap, pembina Rohis Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) untuk berbagi tentang perkambangan terkini Masjid Alqsha dalam acara “Refleksi Isra’ Mi’raj dan Penyambutan Bulan Suci Ramadhan 1438 H” di SIKL.
Acara berlangsung khidmat, saya berdiskusi dengan anak anak, yang rata-rata usia SD hingga SMU.
Alhamdulillah Quran Mushaf Masjidil Aqsha dan Syal Indonesia- Palestina dari KISPA dengan cepat “diborong” oleh anak anak yang bisa menjawab kuis.
Saya selipkan diakhir sharing itu doa agar kita semua dikaruniakan bisa bersujud kelak di Masjid Al-Aqsha yang diberkahi, tempat Rasulullah Sholallahu Wassalam Alaihi naik ke Sidratul Muntaha menerima perintah sholat 5 waktu.
Akhirnya, puncak acara itu ditutup dengan drama yang bercerita tentang situasi di Palestina, anak anak yang ditangkap tentara Zionis, pemuda yang ditembaki hanya karena ingin sholat di Al-Quds. Menonton drama itu saya tidak tahan menahan air mata ini selain sejatinya saya memang cengeng, ingat penderitaan sahabat kita di garis terdepan pertahankan Al-Aqsha.
Hari ini, ribuan pejuang Palestina bahkan ratusan anak anak, anggota parlemen, para wanita masih berada dibalik penjara Zionis Israel dengar vonis 48, 58, 67 kali seumur hidup.
Mengingat pesertanya yang lintas usia, dari pelajar sekolah dasar hingga siswa menengah atas, saya mulai berpikir bagaimana memilih pendekatan terbaik untuk mentrasfer pengetahuan ini secara efektif.
Mungkin dengan membangun dinamika forum merupakan pilihan terbaik.
Baca: Disambut Hangat, Khaled Misy’al Akan Mengisi Ceramah di Malaysia
Dalam riuhnya siswa yang ingin berkontribusi, dan dari kesalahan mereka saat menjawab pertanyaan, saya masukkan informasi dan pelajaran yang sesungguhnya menjadi sasaran ceramah saya, khususnya terkait masalah Palestina.
Dalam acara bertema “Menapak Shirah Nabawi dan Menata Hati Menuju Ramadhan Suci” ini, turut hadir dalam kegiatan Minister Konsuler Budi Prastowo, Ketua Komite Sekolah Lili Yulyadi, Kepala Sekolah H. Agustinus Suharto dan Pembina Rohis SIKL, Armansyah Harahap.
Semoga Allah membudahkan kita semua bisa membebaskan Masjidil Aqsha. Hasbunallah Wa Ni’mal Wakiil.*/Ditto, wartawan Aljazeera di Kualalumpur