Hidayatullah.com—Islam akan kembali bangkit seperti era sebelumnya, selama umatnya masih terus bersemangat belajar. Pernyataan ini disampaikan Koordinator Pusat Indonesia Tanpa JIL periode 2017-2020, Akmal Sjafril.
“Islam punya harapan untuk bangkit. Alat (sumbernya) ada, masih asli, tinggal kita mau belajar atau nggak,” ungkap Akmal Sjafril dalam perkuliahan pekan pertama di semester kedua Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta pada Rabu malam (28/02/18).
Bertempat di Aula INSISTS, Kalibata Utara, Korpus #IndonesiaTanpaJIL (ITJ) yang sedang menyelesaikan kuliah S3 Ilmu Sejarah ini membahas sekularisme sebagai salah satu hal yang merusak worldview Islam.
Lebih lanjut Akmal menggambarkan abad kegelapan (The Dark Age) pada abad 5-15 M yang merupakan masa paling kelam dalam sejarah bekas kekuasaan Romawi Barat yang menjadi salah satu sebab munculnya sekularisme di Barat.
“Pada masa itu, kekuasaan Gereja menghegemoni di seluruh Eropa, namun ternyata dominasi Kristen pada masa itu tidak lepas dari sarat kekerasan dan penyimpangan yang dilakukan oleh pemuka agamanya. Naquib al-Attas mengungkapkan tentang Barat yang tadinya sekuler kemudian memilih sekuler. Kristen pun menjadi terbaratkan, sebab ia terpaksa ikut arus sekularisme. Kristen tidak lagi mewarnai Barat, namun kini Kristen yang telah terbaratkan,” ujarnya.
Kini, sekularisme ala Barat berupaya mengintrusi Islam.
“Sekularisasi yang dilakukan Barat ingin membawa orang beragama menjadi trauma seperti yang dialami oleh mereka sendiri,” ujar Akmal.
Akan tetapi, menurut Akmal, Islam adalah satu-satunya agama yang mampu menghadapi arus sekularisme.”Argumen yang paling kuat akan kesempurnaan Islam adalah Rasulullah, karena beliau adalah bukti pengejawantahan Islam. Rasulullah pun dikenal oleh berbagai kalangan dengan gelar Al-Amin”.
“Akhlak dan segala segi kehidupan beliau menjadi bukti kesempurnaan dari Islam dalam mendukung berbagai aspek dalam sendi-sendi kehidupan. Tidak ada dualisme antara agama dengan politik bernegara, sains, kehidupan sosial dan lain-lain. Oleh karena itu, Islam selamanya bertentangan dengan sekularisme,” tutur Akmal lagi.
Baca: Umat Harus Membentengi Intelektual Melawan ‘Kesesatan’ Pemikiran
Karena itu, Akmal menambahkan, umat Muslim masih punya harapan untuk bangkit lagi, sebab Al-Qur’an masih terjaga keasliannya, demikian pula Sunnah masih terus dipelajari, dan semua itu dijaga oleh para ulama yang bukan hanya memahami apa yang dipelajarinya, tapi juga mempraktikkannya.
“Tinggallah kini komitmen umat Muslim yang perlu dipertanyakan. Mau bangkit, atau tidak? Rujukannya masih lengkap,” pungkas Akmal.
Salah seorang peserta SPI Jakarta, Ade Elisa, mengungkapkan contoh dari sekularisme di Indonesia dan harapan dan peran muslim dalam menghadapi sekularisme. “Contohnya paham yang memisahkan politik dan agama. Tidak apa-apa pemimpinnya non muslim, yang penting nggak korupsi. Tidak apa-apa nggak sholat, yang penting nggak mengganggu orang lain,” ujarnya. Ia berharap hal ini dapat dihadapi melalui pergerakan oleh umat Muslim, terutama generasi muda melalui komunitas-komunitas yang memiliki visi yang sama.*/kiriman Eva Kurnia Septiana (Jakarta)