Hidayatullah.com– Achmad Mirza, pengusaha anti riba, bersilaturahim ke Masjid Ar-Riyadh, Gunung Tembak, Balikpapan, Ahad malam (14/08/2016).
Achmad Mirza seorang pengusaha besar, namun pada tahun 2011 mulai bangkrut, disebabkan riba dan utang-piutang.
Ia memberikan 3 tips yang membuatnya terbebas dari perangkap riba dan utang. Utang ini membuat hidup sempit dan diliputi rasa tidak tenang.
“Yang pertama, perbaiki hubungan dengan Allah. Kedua, perbaiki manajemen. Ketiga, lunasi segera utang,” demikian pesannya.
Tuturnya, dahulu dia membayar bunga dari utangnya saja sampai Rp 150 juta per bulan, belum pokoknya. Namun, dia kemudian sadar –walaupun sebenarnya sudah lama tahu– akan besar dan mengerikannya dosa riba.
Pengusaha ini pernah mempunyai 20 kartu kredit. Yang membuatnya tersentak dan tersadar tentang riba ketika dia mulai melihat tanda-tanda akan bangkrutnya usaha bisnisnya.
Bersamaan itu ia mendapati firman Allah dalam al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 276. Pada ayat itu dijelaskan bahwa Allah Subhanahu Wata’ala akan menghancurkan riba.
Dalam ceramahnya di depan jamaah Masjid Ar-Riyadh, Achmad Mirza mengutip banyak ayat dan Hadits mengenai bahaya riba.
Di antara yang ia sampaikan juga, bahwa orang yang tahu tapi tetap melakukan riba, maka orang itu telah menyatakan perang kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (QS Al-Baqarah: 278-279).
Achmad Mirza juga mengingatkan umat Islam untuk selalu berhati-hati, karena riba saat ini banyak namanya.
Di antaranya, kata dia, internet rate, bunga, nisbah, margin, uang jasa, denda, dan lain-lain. Ada juga, katanya, yang berlabel “syariah” namun pada praktiknya tidak syar’i.* Kiriman Ahmad Sabil, pegiat komunitas menulis PENA