Hidayatullah.com– Krisis multidimensi tengah menerjang dunia, tak terkecuali Indonesia, akibat pandemi yang masih berlanjut hingga saat ini. Terutama ekonomi, yang saat ini sudah nampak jelas secara kasat mata. Seperti; rendahnya daya beli masyarakat, turunnya harga komuditas, serta terjadinya gelombang PHK secara maraton.
Demikian papar Dr Abdul Mannan ketika mengisi Webinar Series 07 pra Musyawarah Nasional Hidayatullah yang mengangkat tema “Pandemi Covid 19, Krisis Ekonomi, dan Ketahan Pangan Nasional”, Rabu (14/10/2020).
“Tidak hanya lingkup keluarga yang mengalami krisis, tapi juga perusahaan-perusahaan besar, seperti otomotif, dan sejenisnya. Banyak yang tutup,” ungkapnya.
Sejalan dengan Abdul Mannan, Dr Henri Tanjung, anggota Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang juga Wakil Direktur Sekolah Pasca Sarjana UIKA, Bogor, menyodorkan data jumlah orang miskin di Indonesia.
Kata Henri, merujuk pada hasil laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa jumlah orang miskin per Maret 2020, itu mencapai 26,42 juta jiwa. Atau sama dengan 9,78 persen dari seluruh penduduk Indonesia.
“Prediksinya, jumlah itu akan mengalami peningkatan. Bappenas memprediksi jumlah orang miskin akan bertambah 2 juta orang pada tahun 2020, akibat dari pandemi ini,” papar Henri.
Untuk mengantisipasi hal terburuk yang akan terjadi di masa mendatang, terkait masalah krisis, Abdul Mannan merekomendasikan, pentingnya pemerintah dan masyarakat membangun ketahanan pangan.
“Kita harus bersyukur, tanah yang kita miliki luas dan subur. Ini harus dioptimalkan dengan cara ditanami makanan-makanan pokok,” terangnya.
Baca: Luasnya Medan Dakwah, Perlu Sinergi dan Manajemen yang Baik
Abdul Mannan kemudian mengutip sebuah hadits shahih, riwayat Bukhari dan Ahmad, tentang anjuran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk menanam, meskipun sekiranya esok akan terjadi kiamat.
Hal lain yang harus diubah oleh masyarakat, mindset tentang makanan pokok, itu bukan sekadar nasi. Tapi ubi-ubian termasuk. Hal ini dipandang penting, agar masyarakat tidak memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap beras, karena telah memiliki alternatif lain.
Sementara itu, Heri Tanjung, menjelaskan akan pentingnya menggalakkan zakat, shadaqah, dan wakaf (Ziswaf) untuk mengatasi ancaman krisis. Sebab, ujarnya, inilah salah satu solusi yang diberikan Islam untuk mengetaskan persoalan kemiskinan yang menjerat umat.
“Di sini dibutuhkan kesadaran orang-orang kaya untuk mengambil peran. Apalagi, jumlah mereka cukup besar. Menurut sebuah data, terdapat 231 ribu rekening, yang jumlah nominalnya di atas 2 miliar,” sebutnya.* (Khairul Hibri)