Hidayatullah.com– Majelis Reboan yang rutin dilaksanakan di Gedung DPP Hidayatullah, Jakarta, kali ini pada Rabu (04/12/2019) membahas Masa Depan Perbankan Syariah di Era Industri 4.0 bersama Head of Islamic Enterprise and Alliances Bank Muamalat Indonesia, Agus Andipratama Amir.
Dalam kesempatan itu, Agus menjelaskan bahwa ada kondisi riil yang harus dihadapi perbankan syariah selama kurun 10 tahun terakhir.
“Pertama, kalau kita bandingkan antara 2007 dengan 2017, jumlah bank komersil syariah meningkat, dari 3 ke 13. Unit usaha syariah dari 25 ke 21 (turun). Kemudian BPRS dari 114 menjadi 167. Jadi dari sisi penyedia layanan jasa syariah naik sekitar 42%,” terangnya.
Dari data tersebut, Agus menjelaskan bahwa masa depan bank syariah ada pada kemampuan bank itu sendiri dalam memahami market (pasar).
“Sekarang karakteristik dari market invest sendiri seperti apa, karena satu-satunya cara untuk bank syariah bisa memberikan pelayanan terbaiknya adalah bila bank tadi mengerti karakteristik pasar yang dihadapi,” tegasnya.
Baca: Majelis Reboan Hidayatullah Dorong Pembangunan Ekonomi Umat
Berbicara pasar memang terbagi dalam tiga bagian, dan satu di antaranya ada yang disebut syariah loyalis.
“Syariah loyalis adalah market yang berani mengatakan bahwa apapun kondisinya, apapun tantangannya, tiada industri keuangan lain bagi saya kecuali keuangan syariah. Masalahnya yang punya profil seperti ini hanya 2 persen,” tegasnya.
Maka tantangan perbankan syariah menurutnya harus memenuhi tiga hal. “Yaitu produk, pricing, dan service. Yang saya rasa sebagai konsumen anda dimanapun tiga variabel ini mutlak,” imbuhnya.
Di akhir sesi diskusi, host Majelis Reboan yang juga Kepala Bidang Ekonomi DPP Hidayatullah Asih Subagyo menegaskan bahwa tantangan perbankan syariah harus dijawab secara bersama-sama oleh umat Islam sendiri.
“Market share (pangsa pasar) Bank Syariah memang meningkat, tetapi hingga Oktober 2019 ini masih di kisaran 6,04 persen. Artinya, mayoritas umat masih belum menjadikan bank syariah sebagai pilihan. Ini PR besar bagi umat yang harus segera dituntaskan. Dan ini tugas para ulama, dai, mubaligh dan lain sebagainya, untuk memberikan pencerahan ke umat,” tutupnya.* (Imam Nawawi)