Hidayatullah.com—Direktur Penelitian, Pengembangan, Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah (P5S) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Deden Firman Hendarsyah menyampaikan bahwa industri keuangan syariah di Indonesia tumbuh dengan sangat pesat.
Dari data yang dimiliki pihaknya mencatat hingga Juni 2016 terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS) serta 165 BPR Syariah di 2.557 jaringan kantor cabang di seluruh Indonesia yang didukung lebih dari 59 ribu pegawai.
“Dana yang dihimpun dari pihak ketiga sebesar Rp.241 triliun serta disalurkan secara produktif ke dalam pembiayaan syariah lebih dari Rp.222 triliun,”ujarnya usai memberikan sambutan dan materi Training Keuangan Syariah di Kampus Unpad Bandung, Rabu (21/09/2016).
Deden menambahkan setidaknya dalam 4 tahun terakhir total asset perbankan syariah telah tumbuh lebih dari 20% yakni mencapai lebih dari Rp.306 triliun atau setara dengan 4,8% dari total aset perbankan nasional.
“BUS dan UUS setidaknya telah dapat memberikan manfaat kepada lebih dari 22 juta pemilik rekening simpanan maupun pembiayaan produktif,”imbuhnya.
Sementara itu OJK menurut Deden juga mencatat untuk industri keuangan non bank syariah hingga saat ini setidaknya sudah ada 121 perusahaan yang menjalankan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain meliputi 56 asuransi syariah, 40 perusahaan pembiayaan syariah, 7 perusahaan modal ventura syariah, 6 lembaga jasa keuangan khusus syariah serta 12 lembaga keuangan mikro syariah. Jika dihimpun total asetnya mencapai lebih dari Rp.78 triliun.
“Belum termasuk instrument pasar modal syariah dalam bentuk saham syariah di Jakarta Islamic Index (JII) dengan 325 saham syariah yang nilainya mencapai Rp.1,9 trilun, ada reksadana syariah dengan nilai aktiva bersih mencapai Rp.9,9 triliun serta sukuk korporasi dengan jumlah nominal mencapai lebih dari Rp.11 triliun,”imbuhnya.
Dengan data-data tersebut pihaknya optimis industri keuangan syariah di Indonesia sedang tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat. Menurutnya hal tersebut perlu dukungan dari semua pihak baik pemerintah, swasta, praktisi, akademi, pelaku usaha hingga masyarakat muslim yang mayoritas di Indonesia ini.
“Dari pemerintah melalaui kebijakan kita rasakan meningkat misalnya 2015 Bapak Presiden Jokowi telah mencanangkan Gerakan Nasional Aku Cinta Keuangan Syariah (ACKS). Kemudian lebih realnya awal 2016 atau tepatnya Januari lalu melalui rapat terbatas beliau (Presiden Jokowi) menyetujui pembentukan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) dan beliau sendiri menyatakan yang akan memimpin langsung,”ungkapnya.
Deden juga menyampaikan bahwa salah satu dukungan pemerintah adalah pengembangan keuangan syariah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN/dahulu Repelita) Dengan demikian keuangan syariah merupakan bagian dari pengembangan rencana keuangan secara nasional. Dengan melihat potensi dan dukungan dari pemerintah tersebut pihaknya juga optimis Indonesia bisa menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah secara global.
Ia menambahkan asset keuangan syariah global saat ini telah mencapai US$ 1,8 triliun, dimana sekira US$ 200 miliar asset tersebut berada di kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia. Sementara asset perbankan syariah global menurut Deden sudah mencapai US$ 1,5 triliun. Demikian juga dengan asset reksadana syariah global dan asuransi syariah global yang asetnya terus tumbuh pesat.
“Ini tentu kabar yang menggembirakan tinggal kita sendiri bagaimana selaku masyarakat muslim ikut mendukung dan berperan aktif atau hanya menonton saja? Kalau bukan kita siapa lagi? Marilah bersama-sama berperan aktif untuk mewujudkan kemakmuran, kesejahteraan dan keberkahan ekonomi Indonesia dengan keuangan syariah,”pungkasnya.*/Abu Luthfi Satrio (Bandung)