Hidayatullah.com–Salah satu korban selamat dari tragedi di Mina Saudi saat haji, tepatnya saat terjadi di perkemahan Muna, berkilo-kilo meter jauhnya dari Kota Suci Makka Arab Saudi menceritakan pengalamannya.
Adalah Magaji Falalu Zarewa, seorang jamaah dari Kano menceritakan pada laman naij.com, Nigeria.
Ia sendiri melihat banyaknya jamaah yang tak berdaya meninggal sedang ia tak bisa melakukan apapun untuk membantu karena ia sendiri pun sedang memperjuangkan hidupnya.
“Saya melangkah di atas jenazah-jenazah untuk pergi ke tempat yang aman dan beristirahat di sana. Mayat-mayat itu telah menjadi jalan rute untuk keluar dari sana”.
Zarewa, yang menderita penyakit asma, mengungkapkan bahwa ia ajaibnya selamat dari tragedi tersebut pada saat kerusuhan rombongan jamaah terjadi. Ia juga menambahkan atas kehendak Allah, inhaler ventolin turut menjadi penyelamat hidupnya.
Zarewa adalah mahasiswa Universitas Madinah, di Arab Saudi ini mengatakan bahwa ia telah menjalani ritual haji setiap tahunnya dalam sepuluh tahun terakhir ini. Inilah kisahnya yang disampaikan dalam bahasa bertutur.
Bagaimana kejadian tersebut bermula
Insiden tersebut terjadi sekitar beberapa menit setelah jam 9 pagi waktu setempat. Masalah muncul saat kumpulan besar jamaah yang telah melempar jumrah, kembali lewat jalur jamaah lain yang akan pergi melempar jumrah yang datang dari Muzdalifah.
Hal ini mengakibatkan gangguan pergerakan jamaah dan menjadikan udara semakin panas. Banyak jamaah jatuh pingsan. Itulah penyebab utama kematian para jamaah, ditambah tidak ada air di sekitar area tersebut.”
Kemudian, masalah besar yang saya sebut sebagai penyebab utama kematian ini adalah adanya beberapa negara yang tenda-tenda mereka dekat dengan lokasi kejadian. Negara- negara seperti Aljazair dan Maroko mengunci akses jalan ke tenda mereka. Sebab, ketika panas menjadi tak tertahankan, orang ingin masuk ke dalam tenda terdekat untuk memberi space di jalan utama, dan juga mendapatkan udara dan air minum.
Jadi para jamaah banyak yang memanjati tenda-tenda tersebut. Saya juga mendapat pilar tenda yang strategis dan memanjatnya. Kemudian saya akhirnya bisa bernafas hingga akhirnya orang-orang mulai mengguncang-guncangkan tenda dan tenda tersebut jatuh di atas kami. Saya tak tahu bagaimana saya bisa keluar dari tenda itu karena orang-orang masih mendaki di atas tubuh kami.
Saya juga melihat beberapa orang menumpahkan air ke tubuh saya.
Bagaimana Zarewa selamat
Saat saya merasa cukup pulih, saya segera mengambil inhaler, karena saya menderita asma dan mengisapnya. Karena saya masih terengah-engah mengambil nafas. Kemudian, saya melihat tenda putih itu berlumuran darah dan tanpa daya melihat para jamaah lainnya meninggal.
Setelah saya benar-benar pulih, saya melihat timbunan mayat yang dijadikan sebagai jalan untuk jamaah lainnya keluar dari sana. Setelah itu, tim penyelamat tiba, mereka memperioritaskan mencari jamaah yang masih memiliki peluang untuk hidup.
Tentara tidak berdaya
Kemudian, saya diberitahu bahwa para tentara yang juga berusaha mengendalikan kerumunan bahwa hal terbaik yang bisa mereka lakukan adalah mencari cara untuk menghentikan/mencegah jamaah yang telah menunaikan ibadah lempar jumrah melewati rute yang sama dengan yang digunakan jamaah yang ingin pergi ke lokasi lempar jumrah. Mereka menceritakan kepada saya, karena saya bisa berbahasa Arab.
Saya katakan kepada mereka, “Tidak bisakah kalian bagian keamanan masuk ke dalam tenda-tenda Negara-negara yang di sekitar sini dan memaksa mereka untuk membuka jalan, jadi kalian bisa mengalihkan jamaah agar bisa melewati tenda-tenda mereka?”
Pada akhirnya, hal itulah yang mereka lakukan dan para peziarah mulai masuk. Pada saat itu, suka atau tidak, Anda harus melangkah di atas mayat-mayat untuk keluar dari kerumunan itu.
Menggenggam botol air bagai Menggenggam kehidupan
Lalu orang-orang mulai mencari-cari air ke mana-mana, jika mereka melihat Anda memiliki air minum, seakan Anda sedang menggenggam kehidupan.
Tiga wanita yang mengikuti kami karena mereka melihat kami dan teman-teman saya sebagai pemandu, meninggal di tengah kerumunan. Meski saya tidak melihat jenazah mereka, teman saya bilang bahwa ia melihat salah satu dari mereka menangis sedang orang-orang melangkah di atasnya dan pada akhirnya meninggal.
Sementara itu, pemerintah Sokoto, Nigeria Utara, telah mengumumkan 9 dari jamaah haji mereka telah dikonfirmasi meninggal dalam tragedi tersebut.
Berdasarkan laporan terbaru, Abdulkadir Jega, saudara mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum Nigeria, Attahiru Jega, dikabarkan gugur dalam kerumunan di Makkah.*/Karina Chaffinch