Hidayatullah.com–Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad mengingatkan, kemajuan dalam teknologi komunikasi sekarang tidak harus digunakan secara sewenang-wenangnya sehingga ada yang menceraikan isteri melalui sistem pesan pendek atau yang dikenal dengan SMS.
“Saya tidak begitu senang dengan masakag ini tetapi ia telah diterima, tak salah dari segi undang-undang dan tidak salah dari segi Islam,” kata Perdana Menteri merujuk sebuah kasus perceraian melalui teknologi SMS baru-baru di Malaysia ini.
Saat berpidato dalam rangka meresmikan pembukaan Ericsson-MSC di Cyberjaya , Malaysia semalam, Mahathir mengatakan kalau pun perceraian tidak dapat dielakkan, pasangan suami tersebut seharusnya dilakukan dengan pendekatan yang lebih bersifat peribadi dibanding melalui SMS.
“Dari pada mengirim pesan (untuk bercerai), kita harap dia akan melihat wajah isterinya yang cantik itu, telefon dan bercanda dengannya. Mungkin dia (isteri) akan menangis dan lelaki tadi akan menarik balik (hasrat untuk bercerai). Ini barulah kemajuan,” kata Perdana Menteri.
Isu cerai melalui SMS yang telah diakui oleh mahkamah syari’ah beberapa saat lalu sempat menarik perhatian umum.
Seperti dimuat di Hidayatullah.com, Jumat, 25/7 03, Hakim Mohamad Fauzi Ismail memutuskan perkawinan antara Azida Fazlina Abdul Latif dengan Shamsudin Latif berakhir saat Shamsudin telah mengirim SMS kepada istrinya, Azida Fazlina yang berbunyi: “Kalau engkau tidak keluar dari rumah bapak-ibu mu, maka akan jatuh talak tiga.”
Menurut Mohammad Fauzi, lafaz cerai yang dibuat oleh Shamsudin kepada isterinya di luar mahkamah melalui SMS pada 18 April lalu adalah syah.
Tak urung, keputusan pengadilan ini menimbulkan kebimbangan banyak wanita di Malaysia. Sebagaian menganggapnya sebagai satu penghinaan.
Wakil PM, Abdullah Ahmad Badawi kepada pers seusai meresmikan Institut Latihan dan Kefahaman Islam (Ilmi) Angkatan Tentera Malaysia (ATM) di Sua Betong, mengatakan, bisa saja perkara semacam itu diberi perhatian. Sebab bukan tidak mungkin berlaku penipuan ketika proses penyampaian pesan dalam sistem seperti itu.
“Bisa macam-macam orang kirim SMS, mungkin terjadi penipuan, SMS dapat dikirim siapa saja, sebab SMS tidak ada tanda tangan, “ ujarnya menunjuk ke arah Menteri di Jabatan Perdana Menteri, Abdul Hamid Zainal Abidin yang turut hadir.
Sementara itu, Menteri Pembangunan Wanita dan Keluarga, Shahrizat Abdul Jalil mengatakan pada pers, dirinya akan membawa isu perceraian melalui SMS ini ke Kabinet.
Katanya, Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim), perlu memberi penjelasan kepada Kabinet mengenai asas prinsip yang diambil Mahkamah Syariah membuat keputusan itu.
“Kita minta Jakim dan Menteri di Jabatan Perdana Menteri, Datuk Seri Abdul Hamid Zainal Abidin supaya mengambil kira perkembangan ini dan menentukan ia (SMS) tidak dijadikan alat untuk menceraikan isteri.
“SMS terlalu mudah dipermainkan dan perkawinan bukan suatu perkara yang harus dipermainkan. Lagipula pekerja tidak boleh diberhentikan dengan SMS, inikan pula perceraian, satu penghinaan yang begitu ketara kepada wanita.
“Kita mahu pastikan ia (lafaz cerai menerusi SMS) tidak dijadikan budaya karena membawa satu pesan yang begitu negatif terhadap Islam, “katanya seperti dikutip Berita Harian semalam. (bh)