Hidayatullah.com–Setelah lama tak terdengar kabarnya, mantan orang penting Indonesia yang kini tinggal di Jerman itu memberikan banyak pendapatnya, khususnya sehubungan dengan bantuan kemanusian di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pasca gempa tsunami. Termasuk kemungkinan tindakan korupsi dalam bantuan kemanusiaan tsunami di Aceh.
Menurut, Habibie, di antara negara-negara Asia, korupsi di Indonesia dinilai paling parah. Karena itu, dirinya mengaku khawatir apakah penyaluran bantuan untuk para korban di Aceh akan sampai ke tangan yang membutuhkannya. Pada harian Die Welt Habibie mengakui, Indonesia berada dalam posisi awal yang buruk. Tapi sesudah zaman Soeharto berlalu, Indonesia memperoleh kebebasan yang hendak dimanfaatkan oleh tiap orang.
Menurut Habibie, korupsi bukanlah soal gen, namun mencerminkan kehausan manusia akan kekuasaan dan pengaruh. Mengenai dana bantuan untuk Aceh, Habibie melalui The Habibie Center (THC) sejak awal sudah menuntut adanya keterbukaan perlunya laporan audit internasional secara berkala. THC juga sedang menangani dua proyek utama setelah tsunami, satu proyek bantuan untuk anak-anak yang kehilangan orangtua dan satunya lagi bantuan untuk anak remaja. Untuk itu akan dibangun beberapa Care Units di lokasi setempat, agar anak-anak tetap menguasai bahasa ibunya.
Habibie menyesalkan bahwa dewasa ini Jerman tidak menaruh perhatian besar terhadap Indonesia. Semua perhatian tertuju kepada China. Namun Habibie mengingatkan , bahwa China pada suatu saat juga harus menempuh jalan yang ditempuh oleh Indonesia, yakni peralihan ke demokrasi. China juga harus menempuh jalan ini. Pemilihan umum yang bebas dan demokratis adalah penting, demi produktifitas. Oleh sebab itu bangsa Indonesia memutuskan untuk mengadaptasi nilai-nilai demokrasi.
Dalam wawancara itu Habibie juga membantah dengan tudingan media massa Barat yang mengatakan negara Arab dan Timur Tengah berdiam diri membantu tsunami. Menurut Habibie, Islamic Development Bank bahkan telah menyediakan bantuan senilai 447 juta US Dollar. Presiden RI Ketiga (1998-1999) 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, . Ia manusia cerdas ajaib yang sempat menghadirkan selaksa harapan kemajuan teknologi demi kejayaan negeri ini.
Pria kelahiran Pare-Pare, 25 Juni 1936, merupakan tokoh penting yang mengantarkan kejayaan teknologi Indonesia ke seluruh penjuru dunia. Habibie berhasil membuat pesawat terbang N-250 “Gatotkoco” (kelas commuter) buatan dan desain putra-putra terbaik bangsa yang bergabung dalam PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN, kini menjadi PT Dirgantara Indonesia). Juga pesawat terbang “Tetuko” CN-235.
Karena kecerdasannya, ia memperoleh royalti atas delapan hak paten hasil temuannya sebagai ilmuwan konstruksi pesawat terbang; seperti, Airbus dan F-16.
Tetapi, Habibie begitu ditakuti kalangan Nasionali Kristen ketika dia mendirikan ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) dan selanjutnya dipercaya Soeharto menjadi Wakil Presiden. Orang yang sering menyerangnya dalam berbagai kesempatakan adalah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Habibie selalu dituding sektarian. Kini, Habibie kembali ke habitatnya, di Jerman dan menemani istri tercintanya, dr. Hasri Ainun Habibie. (dwd/cha)