Hidayatullah.com–Setelah tindakan keras militer di kota Andijan di Uzbekitan timur, sejumlah saksi mengatakan lebih 300 orang tewas sementara pejabat menyebutkan jumlah korban tewas sekitar 30 orang.
" Hizbut Tahrir menolak mentah-mentah kekerasan, militansi atau perjuangan bersenjata sebagai cara untuk mendirikan kembali negara Islam," kata satu pernyataan, yang bersikeras organisasi itu tak pernah menyimpang dari jalan tanpa-kekerasannya.
"Dengan menyalahkan Hizbut Tahrir, Karimov ingin mengalihkan perhatian dari pembunuhan berdarah dingin atas ratusan pemrotes sipil di Andijan, termasuk wanita dan anak yang tak bersenjata."
Imran Waheed, wakil Hizbut Tahrir di Inggris menantang Karimov untuk "mengakhiri tirani dan kekerasannya".
"Bebaskan semua tawanan politik dari tahanan Uzbekitan dan hadapi Muslim Uzbekistan dalam perdebatan intelektual ketimbang bersembunyi di belakang kebohongan dan propaganda," kata Waheed.
Menurut AFP, dalam seorang saksi kelompok hak asasi manusia Uzbekistan Apelyatsiya, ia melihat 300 mayat dimuat ke dalam trek dan bis oleh tentara pada dini hari.
Di ibukota Tashkent, Karimov mengatakan hanya sekitar 30 orang yang tewas. Ia melukiskan kerusuhan itu sebagai bagian dari rencana kelompok Islam yang sudah dilarang Hiz ut-Tahrir untuk merebut kekuasaan di republik bekas Soviet itu.
Karimov dikenal memerintah Uzbekistan dengan tangan besi sejak runtuhnya Uni Soviet, AFP melaporkan. (cha, berbagai sumber)