Karimov lahir di Samarkand dan dibesarkan di panti asuhan negara Uni Soviet. Ia menyelesaikan keahlian teknik dan ekonomi di Tashkent. Ia, bahkan sempat menjadi pegawai negeri dalam Partai Komunis.
Karimov mencapai kekuasaan sebagai Sekretaris pertama partai di Uzbekistan pada 1989. Sejak 24 Maret 1990 Karimov resmi menjadi Presiden Republik Sosialis Uzbek Soviet. Ia mendeklarasikan kemerdekaan Uzbekistan pada 31 Agustus 1991 dan memenangkan hak pilih pada 29 December di tahun itu dengan 86% suara.
Tapi menurut sejumlah pengamat, pemilihan itu dianggap kurang wajar. Kartanya, ia telah melakukan propaganda kilat dan manipulasi penghitungan suara, meski kandidat dan pemimpin oposisi Partai Erk (Kebebasan) , Muhammad Solih, memiliki kesempatan berpartisipasi.
Pada 1995, Karimov memperpanjang masa pemerintahannya sampai 2000 setelah secara luas mencecar referendum dan ia diangkat kembali dengan 91.9% suara pada 9 Januari 2000. Pada Januari 2002, Karimov memenangkan referendum lain memperpanjang masa kepresidenan dari 5 menjadi 7 tahun. Mestinya, masa kekuasaanya diakhiri pada 2005, kemudian diperpanjang parlemen, yang dijadwalkan pemilihan berikutnya pada Desember 2007.
Kekerasan Terhadap Islam
Semenjak Karimov berkuasa, pengawasan politik yang keras memaksa pemimpin oposisi dalam pembuangan. Dia bahkan telah banyak menjatuhkan hukuman penjara dalam jangka panjang.
Catatan kekejaman Karimov ini berkali-kali disampaikan oleh beberapa lembaga hak-hak sipil dan HAM. DuBes Inggris di Uzbekistan Craig Murray pernah mengatakan, rezim Karimov mendidihkan orang sampai mati. Belum lagi siksaan-siksaan yang pernah disebut PBB.
Semenjak Karimov dengan dengan Washington, praktis negara ini ikut-ikutan melakukan propaganda “perang melawan terorisme”. Ia akan segera memberangus gerakan-gerakan Islam yang membenci atau tak setuju dengannya.
Selama berkuasa, ada puluhan ribu Muslim dan Muslimah ditahan tanpa diadili. Ribuan lainnya disiksa, dan ratusan telah dibunuh di luar pengadilan. Muslimahnya selalu terancam tindak pelecahan seksual selama interogasi. Mereka yang dipenjara melaporkan bahwa mereka menjadi sasaran pemukulan, kurungan di ruang bawah tanah dalam kondisi yang tak tertahankan untuk manusia, serta suntikan dengan darah terinveksi HIV karena mereka tetap sholat dan menolak memohon ampunan kepada Karimov.
Steve Crawshaw, Direktur Human Rights Watch London menyatakan,”Polisi di Uzbekistan menggunakan sengatan listrik, pukulan, dan perkosaan untuk memaksa pengakuan. Mereka membuat sesak nafas tahanan dengan tas plastik, menyiram dengan gas klor, atau mematikan ventilasi udara di sel bawah tanahnya. Mereka menggantung lelaki secara telanjang pada pergelangan tangan dan kaki. Dalam sebuah kasus tahun lalu (2003), dokter menemukan bahwa luka bakar pada tubuh seorang tahanan yang mati di tahanan ialah akibat dicelupkan ke dalam air mendidih. Tangannya tak lagi berkuku. Inilah gaya dari rezim Karimov.”
Ia telah menghukum Tohir Yuldashev dan Juma Khodjiev — dikenal sebagai Juma Namangani–, pemimpin Pergerakan Islam Uzbekistan (IMU), dihukum mati in absentia. Ia juga dianggap membunuh Farhad Usmanov, putra Imam masjid Agung Tashkent yang terkenal.
Sebelumnya, 14 Juni 1999, Farhad Usmanov ditahan dengan tuduhan telah memiliki selebaran yang dikeluarkan organisasi Islam Hizbut Tahrir. Setelah komunikasi dengannya terputus selama empat hari, dia ditemukan dibunuh secara brutal oleh aparat dinas rahasia Uzbekistan. Namun, aparat menjelaskan kematiannya karena gagal jantung. Meskipun demikian, tampak dari tubuhya bukti-bukti yang kuat bahwa Usmanov meninggal karena disiksa.
Hampir semua aktifitas keagamaan –terutama bernama Islam—selalu diawasi di negeri itu. Secara khusus, organisasi Hizbut Tahrir telah menjadi target utama presiden Karimov dan organisasi paling dilarang. Seperti halnya Al-Ihwan al-Muslimun di Mesir, keluarga dan anggota Hizbut Tahrir dikejar-kejar oleh rezim Karimov
Setahun lalu, tepatnya 29 Maret 2004, saat di Tashkent diguncang bom, Hizbut Tahrir tak luput menjadi sasaran tuduhan. Namun, Dr Imran Waheed, Juru bicara Hizbut Tahrir Inggris mengatakan, “Tuduhan bersalah untuk ledakan ini mesti ditujukan ke rezim tirani Uzbek, yang telah merekayasa kejadian semacam ini di masa lalu untuk menekan legitimasi oposisi politik Islam, “ ujarnya.
Tapi kekuasaan, nampaknya telah menyilaukan mata Karimov. April 2004, secara resmi negara itu makin meningkatkan perburuan terhadap aktivis Islam. Menurut lembaga HAM internasional, kampanye Karimov ini bahkan tak pandang batas. Dilaporkan, penyiksaan selama masa interogasi dan penangkapan juga terjadi pada anak-anak.
Pihak kepolisian juga membentuk pasukan khusus untuk memburu yang disebut musuh negara dari kampung ke kampung maupun dari rumah ke rumah. Mereka juga mengajak warga Uzbekistan untuk melaporkan apa yang mereka lihat dan dengar, persisnya untuk memata-matai tetangga mereka. (cha, berbagai sumber)