Senin, 21 November 2005
Hidayatullah.com–Presiden Amerika Serikat George Walker Bush mengaku telah menekan Cina untuk memperluas kebebasan beragama, kebebasan politik, dan kebebasan di bidang sosial. Bush juga mengaku memperoleh janji baru dari Presiden Cina Hu Jintao untuk membuka pasar pertanian dan perdagangan Cina. Tapi janji tersebut tidak disertai langkah konkret. Hal tersebut disampaikan Bush dalam keterangan pers seusai bertemu Presiden Cina Hu Jintao di Beijing, Cina, Ahad (20/11).
Pertemuan Bush dan Hu Jintao di Balai Agung Rakyat yang terletak di sudut lapangan Tian Anmen, tampaknya tidak menghasilkan terobosan terhadap tuntutan AS mengenai reformasi keuangan Cina. Juga tidak ada perincian tentang bagaimana Cina akan mengurangi surplus perdagangan dengan AS yang tahun ini mencapai US$ 200 miliar.
Bush mengatakan, ia juga mendesak perlakuan adil terhadap organisasi-organisasi amal yang beroperasi di Cina. Bush mengusulkan agar Cina mengundang pemimpin Tibet di pengasingan, Dalai Lama, dan para pemimpin Gereja Katolik Roma untuk datang ke Cina buat membahas masalah kebebasan beragama. Menurut Bush, Cina juga perlu bekerja keras untuk melindungi hak kekayaan intelektual. Dewasa ini, pembajakan film-film AS, program komputer, dan berbagai hak cipta lainnya merajalela di Cina.
Dalam lawatan dua hari ke Cina, Bush juga mendesak Cina segera merevaluasi mata uangnya. Menurut perusahaan-perusahaan AS, mata uang Cina dihargai lebih rendah hingga 40 persen. Kondisi ini membuat barang-barang Cina lebih murah di AS dan barang-barang AS lebih mahal di Cina.
Presiden Bush dan rombongan tiba di Beijing, Sabtu malam untuk suatu kunjungan kenegaraan. Ini merupakan bagian dari lawatan delapan hari Bush ke sejumlah negara Asia. Kedatangan Bush di Bandar Udara Capital, Beijing, disambut para pejabat Cina yang dipimpin Menteri Luar Negeri Li Zhaoxing. Bush dan ibu negara Laura Bush juga menghadiri ibadat di gereja sebelum mengadakan pertemuan dengan Presiden Cina Hu Jintao dan para pemimpin Cina lainnya.
Selama kunjungan BUsh di Cina, Gedung Putih telah mendesak Cina agar memberikan peliputan luas oleh semua media di Cina yang berada dalam kendali pemerintah.
Para pejabat AS mengatakan, mereka ingin rakyat Cina diberi kesempatan untuk mendengarkan segala sesuatu yang dikemukakan Bush tentang hubungan Cina dan AS selama kunjungannya di Negeri Tirai Bambu.
Menariknya, meski Bush melakukan tekanan kepada berbagai negara untuk memberika kebebasan beragama, namun laporan terbaru yang disampaikan berbagai lembaga HAM dunia menunjukkan bahwa tingkat diskriminasi anti-Islam di AS pasca peristiwa teror 11 September 2001 meningkat hingga 52 %.
Laporan resmi peningkatan ini juga perna disampaikan Amnesti Internasional. Lemba HAM ini menyebut, satu dari sembilan warga AS mendapatkan perlakuan diskriminatif dari pemerintahnya. Sementara itu Lembaga Dewan Hubungan Islam –Amerika (CAIR) menyebutkan, 80 % dari perlakuan diskriminatif itu menimpa kaum muslimin. (mtrtvn/hid/cha)