Hidayatullah.com–Di tengah kekhawatiran menegangnya hubungan antaretnis di Bulgaria, muncul perdebatan sengit di kalangan komunitas Muslim dan pemerintah yang berkuasa, seputar pembentukan sebuah partai Islam.
“Saya tidak berpikir bahwa pembentukan partai ini akan melayani kaum Muslim Bulgaria,” kata Arif Abdullah, mantan ketua Persatuan Islam untuk Pembangunan dan Kebudayaan, kepada IOL melalui telepon dari Sofia.
“Ini merupakan sebuah langkah yang terburu-buru dan tidak diperhitungkan.”
Persatuan Muslim Demokrat, demikian nama partai dimaksud, dibentuk pada 29 September 2009 di sebelah utara Slavyanovo. Ali Yuzeirov ditunjuk sebagai ketuanya.
Partai yang belum didaftarkan tersebut, dibentuk berdasarkan 680 deklarasi tertulis.
Berita mengenai pembentukannya menimbulkan reaksi dari pemerintah yang sedang berkuasa.
“Pembentukan organisasi semacam itu, tidak diragukan lagi akan menyebabkan ketegangan,” kata Presiden Georgi Parvanov mengingatkan.
“Saya kira tanggapan dari lembaga-lembaga masyarakat yang ada sudah cukup.”
Namun, para pendiri partai membela tindakan mereka. “Partai ini menghormati nilai-nilai moral yang diusung oleh semua agama, termasuk Islam,” kata Yuzeirov kepada IOL.
Ia mengatakan bahwa dengan nama partai seperti itu, bukan berarti Islam yang digunakan dalam peraturan dan AD/ART-nya.
“Jadinya akan seperti Partai Kristen Demokrat yang mengusung nilai-nilai Kristen. Partai kami seperti halnya demikian, mengusung nilai-nilai Islam.”
Yuzeirov menegaskan bahwa keanggotaan partai akan terbuka bagi semua warga Bulgaria. “Semua orang, apakah Muslim atau non-Muslim, boleh bergabung asalkan mereka mematuhi nilai-nilai moral yang diusung oleh semua agama.”
“Partai ini akan membela hak-hak semua warga Bulgaria, termasuk Muslim.”
Terdapat 7,8 juta orang Muslim di Bulgaria, yang berarti 12% dari total populasi. Mereka di sana hidup berdampingan dengan kaum Kristen dalam keadaan yang relatif harmonis selama berabad-abad.
Kebanyakan Muslim di negara itu adalah keturunan orang Turki, yang pada masa Dinasti Ottoman berhasil mencapai Eropa. Mereka hidup berdampingan dengan kaum Kristen dalam sebuah budaya yang disebut “komshuluk” atau hubungan bertetangga.
Bagi sebagian orang, pembentukan partai itu ditakutkan akan menimbulkan ketegangan antaretnis di negara Eropa tersebut.
“Ini akan memicu ketegangan antara Muslim dan Kristen,” kata Hussein Ouda, seorang aktivis keturunan Palestina, dengan nada cemas.
Ia khawatir sebagian partai nasionalis akan menggunakan partai baru itu untuk menghasut, melawan kaum Muslim.
“Siapa saja yang ingin membentuk sebuah partai politik seharusnya mengenal dengan baik masyarakat tempat ia tinggal, dan tidak melibatkan Muslim dalam petualangan berbahaya semacam itu.”
Abdullah, mantan ketua Persatuan Islam untuk Pembangunan dan Kebudayaan, setuju dengan pendapat di atas.
“Orang-orang Yuzeirov tidak memiliki popularitas untuk memenangkan pemilu.”
Menurut catatan Ouda, Yuzeirov bersaudara baru-baru ini pernah memicu badai, setelah membentuk sebuah badan amal bernama Bulan Sabit Merah Bulgaria, dengan gambar bulan sabit sebagai lambangnya.
“Kontroversi yang muncul akhirnya berhenti, hanya setelah kedua bersaudara itu menambahkan salib dalam lambangnya, sebagaimana nasihat dari tokoh-tokoh kunci umat Islam,” cerita Ouda.
“Niat karena Allah saja tidak cukup. Semangat perlu dibarengi dengan kesadaran melihat kenyataan di lapangan dan kebijaksanaan, sehingga tidak memprovokasi masyarakat luas,” pungkasnya. [di/iol/hidayatullah.com]