Hidayatullah.com–Amerika Serikat mengirim imam yang disebut-sebut sebagai orang di belakang rencana pembangunan masjid di dekat lokasi bekas WTC, berkeliling negara-negara Teluk.
Departemen Luar Negeri AS mensponsori Feisal Abdul Rauf mengunjungi Qatar, Bahrain, dan Uni Emirat Arab guna berbagi cerita mengenai kehidupan muslim di AS dan mempromosikan toleransi beragama. Demikian keterangan yang disampaikan oleh jurubicara Deplu AS PJ. Crowley sebagaimana dilansir AP (11/8/2010).
“Kami memiliki hubungan lama dengannya,” ujar Crowley kepada para wartawan, seraya mengingatkan bahwa Rauf sebelumnya sudah mengunjungi Bahrain, Maroko, Uni Emirat Arab, dan Qatar pada tahun 2007, serta ke Mesir Januari lalu, sebagai bagian dari program pertukaran yang dilaksanakan oleh Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri AS.
“Hasil kerjanya dalam bidang keanekaragaman agama telah dikenal dan dia membawa perspektif moderat bagi orang asing (di luar AS) mengenai seperti apa menjadi seorang muslim yang melaksanakan ajaran agamanya di AS,” tambah Crowley.
Menurut Crowley, selama perjalanannya keliling negara-negara Timur Tengah, Rauf tidak diperbolehkan melakukan aksi penggalangan dana untuk pembiayaan masjid di dekat bekas gedung WTC, New York.
Dua orang wakil rakyat dari Partai Republik, Ileana Ros-Lehtinen dan Peter King, dalam sebuah pernyataan bersamanya menentang kepergian Rauf. Mereka mengatakan, dalam beberapa kesempatan Rauf menyalahkan pemerintah AS atas terjadinya peristiwa 9/11 dan karena itu uang pajak rakyat AS tidak seharusnya digunakan untuk membiayai perjalanannya.
Masjid yang menuai pro-kontra tersebut rencananya akan dibangun berjarak 2 blok saja dari bekas lokasi gedung WTC. Masjid itu, atau lebih tepatnya pusat kegiatan keislaman, akan menempati salah satu bagian di sebuah gedung berlantai 13.
Dalam gedung itu akan ada fasilitas auditorium dengan 500 kursi. Untuk masyarakat umum, dari agama apapun, disediakan fasilitas olahraga seperti kolam renang dan pusat kebugaran. Proyek tersebut digagas oleh Cordoba Initiative yang misinya meningkatkan hubungan baik antara Islam dan Barat.
Para penentang atas pembangunan gedung tersebut datang dari kelompok-kelompok yang memang sudah dikenal anti-Islam, seperti orang-orang dari Partai Republik; Anti-Defamation League, yang merupakan kelompok HAM Yahudi, serta kaum GLBT (gay, lesbian, biseksual dan transgender).
Di samping mengirim Rauf ke Timur Tengah, Deplu AS juga menampilkan transkrip pidato Walikota New York Michael Bloomberg tanggal 3 Agustus 2010 lalu ke dalam bahasa Arab dan Parsi. Tujuannya, kata Crowley, agar lebih banyak orang yang paham mengenai latar belakang pendirian pusat kegiatan Islam tersebut.
“Kami tentu mendukung apa yang digarisbawahi Walikota, yang merupakan sejarah dari keragaman agama dan toleransi beragama di kotanya,” kata Crowley.
Sementara itu Gubernur New York David Paterson hari Selasa (10/8) menawarkan usulan agar lokasi pusat Islam dipindah agak menjauhi Ground Zero. Namun pada saat yang sama ia mengatakan, dirinya tidak menentang rencana pembangunan tersebut. Ia hanya memahami pandangan para pihak yang menolak dan menawarkan alternatif lokasi lain yang cocok.
Menurut AP, pihak pengembang enggan memberikan komentar atas pernyataan Paterson. Demikian pula Bloomberg, yang lewat jurubicaranya menolak untuk menanggapi. [di/ap/hidayatullah.com]