Hidayatullah.com—Meski memiliki ribuan menara masjid, dalam rencana tersebut seorang muadzin akan mengumandangkan adzan yang kemudian akan dikirimkan oleh frekuensi radio untuk ribuan masjid di seluruh kota secara bersamaan, demikian dikatakan pejabat Mesir yang tidak ingin diidentifikasi di Kairo pada Kamis (12/8).
Dengan menghabiskan dana $175,00, para pejabat mengemukakan alasan untuk program ini adalah menghindari perbedaan waktu shalat yang seringkali berbeda antara masjid, selain itu hal ini juga untuk menghentikan tumpang tindih suara adzan dari masjid terdekat.
Panyatuan adzan yang dimaksudkan adalah panggilan adzan dari satu orang, yang dipililih dengan suara terbaik. Bukan lewat kaset.
“Orang Mesir memiliki masalah dengan pemilihan waktu,” ujar Syaikh Salim Abdul-Jalil, pejabat di Departemen Perwakafan Mesir.
“Tujuan kami adalah untuk secara akurat mengatur waktu shalat pada waktu yang sama dari setiap masjid, dan untuk mengontrol kualitas suara panggilan shalat,” katanya dikutip The Associated Press.
Sampai sejauh ini pelaksanaan tidak menghadapi kendala di Nasr City dan Heliopolis. Namun menurut, Salim, pelaksanaan seharusnya dimulai hari Rabu, pas Ramadhan. Namun karena ada kendala teknis, pelaksanaan molor sehari.
Meski demikian, pelaksanaan sedikit menimbulkan kontroversi.
“Ini akan mengakhiri polusi suara yang dihasilkan oleh mikrofon,” kata Suad Saleh, profesor hukum Islam di Al-Azhar University.
“Pada zaman Nabi, hanya Bilal atau orang yang punya hak istimewa untuk melakukan panggilan shalat. Keputusan ini akan mengembalikan nilai kebenaran dan keindahan. “
Meski demikan, banyak muadzin mengeluhkan bahwa mereka tidak akan dapat melakukan pekerjaaanya lagi sebagai dampak dari penyatuan adzan. Namun pemerintah menegaskan bahwa tidak satu pun dari 730 muadzin di Kairo akan kehilangan pekerjaannya. Beberapa ulama Mesir selama ini turut mencampuri urusan pemerintahan dengan masalah agama.
Dengan sekitar 45 juta penduduk, ada sekitar 4500 masjid berdiri di Mesir. Penyatuan adzan ini berarti meliburkan ribuan muazdin di negeri itu. [ajz/ap/gt/hidayatullah.com]