Hidayatullah.com—Sebuah lembaga telaah independen di Inggris, Demos, menilai, meningkatnya ketidakpercayaan publik terhadap aparat keamanan, pada akhirnya akan mendorong munculnya gerakan radikal dan terorisme.
Karena itu, Demos merekomendasikan kepada pemerintah Inggris, agen rahasia M15 dan M16, serta Pusat Komunikasi Negara (GCHQ), supaya mempublikasikan laporan tahunan Dewan Keamanan Nasional Inggris untuk umum. Namun yang lebih penting lagi adalah transparansi dalam mengadili para tersangka “teroris”.
Dalam analisisnya, Demos menilai bahwa kepercayaan masyarakat terhadap negara dan persatuan di antara keduanya begitu lemah. Padahal, menurut Jamie Barlett, salah seorang tim pemikir Demos, kepercayaan dan kekompakan antara masyarakat dan negara merupakan modal penting dalam memberantas terorisme.
Belakangan ini, aksi agen rahasia negara-negara Barat seperti Inggris, memang sangat memprihatinkan dan justru mencederai reputasi mereka sendiri. Pendirian penjara-penjara rahasia di Inggris yang menjadi pusat pelanggaran hak asasi manusia bagi para tersangka teroris, merupakan noda hitam lainnya bagi rekam jejak badan intelijen Inggris.
Para aktivis perdamaian berkeyakinan bahwa agen rahasia memiliki peran signifikan dalam menyesatkan pemikiran pemerintah Inggris untuk turut ambil bagian dalam invasi ke Iraq pada tahun 2003.
Selain itu, mereka juga menuding agen rahasia Inggris terlibat dalam kasus kematian mencurigakan David Kelly, inspektor persenjataan PBB yang berhasil mengungkap kebohongan Washington dan London soal klaim adanya senjata pemusnah massal di Iraq.
Tidak hanya itu saja, sampai sekarang pun agen-agen rahasia di Inggris juga belum berhasil mengungkap fakta di balik serangan “teroris” 7 Juli 2005 di London.
Seluruh rangkaian kenyataan tersebut menunjukkan bahwa agen rahasia Inggris semacam M16 bukan hanya gagal dalam menjamin keamanan masyarakat, tetapi justru menyeret negara dalam situasi yang lebih berbahaya.[irb/hidayatullah.com]