Hidayatullah.com–Sekitar 1.000 orang turun jalan di ibukota Kosovo hari Jumat kemarin guna memprotes larangan pemerintah dalam penggunaan jilbab untuk siswi Muslim di sekolah negeri.
“Permintaan kami adalah larangan ini segera dicabut secepatnya,” ujar Bujar Xhikoti, perwakilan dari penyelenggara demonstrasi.
Penyelenggara tersebut, adalah gerakan “Join Us”, sebuah gerakan nonpemerintah yang tidak terkenal. Mereka memperingatkan, jika protes tak ditanggapi, mereka akan semakin mengintensifkan kegiatan ini.
Dengan membawa tanda protes bertuliskan Perdana Menteri “Hashim Thaci jangan mendiskriminasi kami karena kami adalah Muslim” dan menyerukan “God is Great”, para demonstran meminta pemerintah mengizinkan penggunaan simbol keagamaan di sekolah.
Gerakan pelarangan jilbab ‘adalah suatu usaha untuk mengenalkan Islam sebagai hal asing walaupun sebenarnya ini merupakan bagian identitas masyarakat, ‘ ujar Xhikoti.
Sebagaimana diketahui, pemerintah Kosovo melarang anak-anak perempuan masuk sekolah negeri menggunakan jilbab dan baru-baru ini terdapat beberapa kasus yang menyebutkan para siswi Muslim dikeluarkan dari sekolah karena menolak menanggalkan jilbab nya.
Setelah mengumumkan kemerdekaannya dari Serbia di tahun 2008, Kosovo langsung mengadopsi konstitusi sekuler yang menetapkan pemisahan urusan agama dan Negara. Langkah ini, termasuk peran dan desakan pemerintah Barat. Bagaimanapun Amerika Serikat (AS) dan 22 dari 27 anggota persatuan Negara-negara Eropa mengakui kemerdekaannya, meski Serbia tidak mengakuinya.
Lebih dari 90% penduduk Kosovo adalah Muslim, tetapi nila-nilai dan budaya Barat, kini hampir mendominasi masyarakatnya. [pristine/cam/hidayatullah.com]