Hidayatullah.com–Penjara di mana penulis ternama Oscar Wilde menghabiskan sebagian besar masa hukuman kurungan dua tahun karena melakukan hubungan seksual sesama jenis akan dijual, kata pihak berwenang Inggris hari Kamis (3/10/2019).
Keputusan itu mengundang protes para pihak yang berharap Penjara Reading, tak jauh dari London ke arah barat, dijadikan pusat kesenian guna menghormati legasi penulis keturunan Irlandia itu.
Selama ini penjara itu menjadi magnet bagi komunitas LGBT Inggris. Seperti halnya Stonewall Inn di New York, yang menjadi ikon perjuangan hak kaum homoseksual di Amerika Serikat, Penjara Reading banyak dikunjungi kaum pecinta sesama jenis.
“Itu merupakan tempat yang sangat berarti,” kata Joseph Galliano, CEO dan salah satu pendiri Queer Britain, museum nasional LGBTQ+. “Kami kehilangan situs warisan dan budaya demi pembangunan komersial, yang tidak mungkin bisa dipulihkan kembali,” imbuhnya.
Menteri Kehakiman Inggris mengatakan akan menginvestasikan uang dari hasil penjualan kembali ke sistem lembaga pemasyarakatan (penjara), dan akan mempertimbangkan semua tawaran pembelian yang masuk.
“Kami akan selalu mengupayakan hasil terbaik bagi pembayar pajak,” kata kementerian seperti dilansir Euronews.
Sebelum dijebloskan ke Penjara Reading, dalam persidangan Oscar Wilde ditanyai soal hubungan sesama jenisnya dengan Lord Alfred Douglas, seorang penyair yang terkenal dengan kata-katanya, “I am the love that dare not speak its name” (saya adalah cinta yang tidak berani menyebutkan namanya).
Wilde dimasukkan ke dalam bui pada tahun 1895, beberapa bulan setelah drama karyanya ‘The Important of Being Earnest’ ditampilkan di London.
Kasus Oscar Wilde mengundang sorotan tajam terhadap undang-undang di Inggris kala itu yang mempidanakan homoseksual.
Wilayah England dan Wales mencabut UU antihomoseksual itu lebih dari 70 tahun kemudian, pada 1967.*