Hidayatullah.com—Diplomat dan petinggi Barat mengaku bahwa strategi penambahan pasukan Amerika Serikat (AS) dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan serta pembantaian milisi pejuang Taliban tidak menghambat perekrutan milisi baru serta pengorganisasian milisi bersenjata seperti Taliban dan al-Qaidah.
Seperti dilaporkan Associated Press dari Brussel, salah satu petinggi NATO mengingatkan, seperti angka yang diumumkan sebelumnya oleh perwira militer dan diplomat, saat ini jumlah anggota milisi bersenjata di Afghanistan lebih dari 25.000 orang.
Jumlah ini serupa dengan angka yang diumumkan tahun lalu dan sebelum penempatan pasukan tambahan sebanyak 40.000 tentara. Para perwira tinggi pasukan asing di Afghanistan (ISAF) yang dikomandoi AS menolak memberikan pernyataan resmi soal bertambanya jumlah pasukan Taliban dalam sembilan tahun ini. Namun sumber-sumber selain militer AS menyebutkan bahwa sejak tahun 1993-2010 tercatat 500 orang masuk menjadi anggota baru Taliban.
Berdasarkan sumber ini, meski pasukan asing dari sisi kuantitas dan persenjataan jauh di atas pejuang Taliban, namun milisi ini berhasil mempersempit ruang gerak 200 ribu pasukan asing ini. Dengan memperhatikan jumlah besar pasukan asing dapat disimpulkan bahwa setiap 12 pasukan asing menghadapi satu milisi Taliban. Saat perang Vietnam setiap empat atau lima militer AS menghadapi satu pejuang Vietnam.
Presiden AS, Barack Obama dengan harapan dapat melumpuhkan Taliban sebelum penarikan pasukan asing dari Afghanistan justru mengirim pasukan lebih banyak ke negara yang dilanda perang ini.
Meski sejumlah pengamat dan petinggi AS kerap berbicara soal terbunuhnya pemimpin Taliban dan berkurangnya pengaruh milisi ini di Afghanistan, namun sejumlah pengamat lainnya meragukan hasil ini dapat bertahan lama. Menyaksikan kenyataan bahwa Taliban belum berhasil dikalahkan hingga kini, mereka ini meyakini bahwa kita jangan optimis kemajuan saat ini terus berlangsung.
Ini karena para pejuang Taliban mendapat dukungan rakyat dan warga Afghanistan yang telah lelah dengan perang sembilan tahun dan intervensi pasukan asing di negaranya. Ann Jones, aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) mengatakan, rakyat Afghanistan menilai ISAF sebagai penjajah dan meyakini bahwa pasukan asing bukan hanya gagal menyelesaikan krisis bahkan mereka malah menambah runyam kondisi di negaranya.
Sebagaimana diketahui, Amerika Serikat (AS) berencana menambah 1.400 personel marinir di Afghanistan. Penambahan ini untuk memperkuat divisi tempur pasukan multinasional, demikian dilaporkan harian Wall Street Journal (WSJ), Kamis (6/1).
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Batalion Marinir diperkirakan tiba di lapangan paling awal pertengahan Januari. Pasukan terutama diturunkan di wilayah selatan, sekitar Kandahar, tempat AS memusatkan pasukannya da-lam beberapa bulan terakhir,” tulis WSJ, mengutip sumbernya.
Sejumlah analis memperkirakan keputusan Obama menambah pasukan marinir di Afghanistan bukanlah keputusan efektif. \”Obama dalam posisi sulit. Karena itu, dia butuh waktu lama untuk menambah pasukan di Afghanistan. Dia lebih menyukai cara bukan kekerasan, tapi beberapa jenderal di Pentagon menghendaki adanya sikap ofensif,” kata Schetter. [irb/afp/cha/hidayatullah.com]