Hidayatullah.com–Kabinet Israel hari Ahad (9/1) setuju untuk melipatgandakan jumlah penganut Yahudi Ultra Ortodoks dalam pasukan militer, dengan memanggil mereka untuk ikut wajib militer. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebutnya sebagai tindakan revolusioner.
Sebuah pernyataan dari kantor Netanyahu menyebutkan bahwa keputusan itu akan menaikkan jumlah penganut Yahudi Ultra Ortodoks dalam kemiliteran, dari jumlah sekarang 1.000 orang menjadi 2.400 pada tahun 2015.
Lebih jauh disebutkan, sebanyak 2.400 personel akan ditempatkan di berbagai pos di luar militer, termasuk di rumah sakit, kepolisian atau sebagai paramedis.
Di kebanyakan keluarga Yahudi Ultra Ortodoks, para pria menghabiskan waktu mempelajari kitab suci. Mereka umumnya membangun sebuah keluarga besar dan hidup dari bantuan berbagai yayasan keagamaan serta sistem kesejahteraan negara.
Dalam pernyataan tersebut dikatakan bahwa 60% penganut Yahudi Ultra Ortodoks hidup di bawah garis kemiskinan. Namun tidak demikian bagi yang ikut wajib militer, 80% dari mereka mendapatkan pekerjaan.
“Ini sebuah revolusi, sebuah revolusi nyata,” ujar Netanyahu kepada para wartawan di awal pertemuan kabinet mingguan itu.
“Ini akan membawa konsekuensi besar pada integrasi Ultra Ortodoks ke dalam masyarakat dan perekonomian,” tambahnya.
Secara tradisi, kebanyakan pemuda dan pemudi kelompok Ultra Ortodoks dikecualikan dari wajib militer dengan alasan belajar agama secara penuh, atau karena dunia militer menabrak larangan agama dalam hal kontak antara laki-laki dan perempuan.
Sebagian besar warga Israel terkena wajib militer selama tiga tahun bagi laki-laki dan dua tahun bagi perempuan, yang dimulai pada usia 18 tahun. Warga Israel keturunan Arab tidak terkena kewajiban itu, namun mereka boleh mengajukan diri.[di/maan/hidayatullah.com]