Hidayatullah.com–Telah terjadi beberapa demonstrasi di Yaman timur menentang Koalisi Arab. Beberapa penduduk Kota Al-Mahrah mengumumkan kepada Koalisi Arab pimpinan Saudi kalau mereka akan melakukan aksi demo terbuka hingga permintaan akan kedaulatan institusi pemerintah dan otoritas lokal di Al-Mahrah dapat terpenuhi.
Jumat lalu, Komite Persiapan untuk demonstrasi damai penduduk Al-Mahrah mengatakan dalam sebuah pernyataan mereka akan meningkatkan kegiatan mereka untuk menekankan kedaulatan nasional. Selain itu, dalam demonstrasi itu telah bergabung anggota dari Suku Kilshat Al-Mehri dan Suku Al-Sayar.
Syeikh Saeed Afri, salah seorang anggota Komite Persiapan, mengatakan para penduduk Al-Mahrah memastikan bahwa mereka mengadakan aksi damai dan bahwa sikap ini mewakili semua penduduk Al-Mahrah.
Afri mengatakan dalam pidatonya di depan kerumunan pendemo bahwa “demonstrasi damai ini berpegang teguh pada tujuan dan enam tuntutan yang telah disampaikan pada Presiden Abdrabbuh Mansur Hadi dan untuk meraih stabilitas di Kegubernuran Al-Mahrah. Para penduduk Al-Mahrah akan memerangi siapapun atau entitas apapun yang berencana merusak kegubernuran, republik, ketertiban dan keamanan publik.
Selain itu, Kolonel Saleh Saeed Muqbel Al-Sayari mengatakan dalam sebuah pidato bahwa semua Suku Yaman mendukung tuntutan yang diajukan oleh penduduk Al-Mahrah dalam demonstrasi damai. Dia menekankan bahwa Suku Al-Sayar mendukung penduduk Al-Mahrah.
Al-Sayari juga menekankan pentingnya enam tuntutan para pendemo dan menjelaskan bahwa para anggota Suku saat ini sedang meningkatkan slogan perdamaian dan dukungan pada legitimasi konstitusional yang dipimpin Presiden Abdrabbuh Mansur Hadi.
Sebelumnya, empat pesawat militer telah sampai di bandara Al-Ghaydah di Kegubernuran Al-Mahrah, di mana pasukan Saudi bermarkas.
Wakil Gubernur Al-Mahrah, Syeikh Ali Salem Al-Harizi, telah mengatakan sebelumnya bahwa kehadiran pasukan UAE dan Saudi di kegubernuran itu merupakan sebuah pendudukan militer.
Syeikh Ali Al-Harizi telah mengumumkan dukungannya pada demonstrasi damai Al-Mahrah yang mendukung legitimasi dan meminta pasukan koalisi untuk menarik diri dari bandara, menyerahkan Pelabuhan Nashtoon dan mengembalikan tentara dan pasukan keamanan ke dua pintu masuk Shahn dan Sarfit.
Aktivis hak asasi manusia (HAM) Yaman, Abdul Aziz Al-Ereikan, mengatakan pada Masr Al-Arabia bahwa Koalisi Arab telah memulai misinya di Yaman tiga tahun lalu. “Kami pikir itu bertujuan untuk menyelamatkan rakyat Yaman dari Al-Houthi dan kelompok pemberontaknya. Namun, beberapa tahun kemudian, ternyata Koalisi berusaha memaksakan pengaruhnya bagaimanapun caranya.
Dia melanjutkan: “Tidak ada seorangpun yang dapat memprediksi hasil dari demonstrasi ini, terutama sejak kegubernuran ini dikenal damai. Meskipun begitu, sudah pasti partisipasi Suku-Suku dalam demonstrasi ini membuatnya menjadi sangat signifikan,” Dia bertanya-tanya: “Mengapa pemerintahan Abdrabbuh Mansur Hadi terus diam mengenai apa yang sedang terjadi?
Sumber-sumber media melaporkan kedatangan perlengkapan, kendaraan berat militer dan pesawat ke bandara internasional Al-Ghaydah di Kegubernuran Al-Mahrah, Yaman timur, bersamaan dengan berlanjutnya demonstrasi damai di Al-Ghaydah Square, yang mendesak Koalisi agar kembali patuh pada tujuan yang sebelumnya mereka deklarasikan.
Sumber itu mengatakan bahwa pasukan Saudi, yang telah menggunakan Bandara Internasional Al-Ghaydah sebagai markas militer pasukannya, telah mendaratkan kendaraan dan peralatan militer, termasuk dua helikopter Apache dan kendaraan lapis baja serta kendaraan anti huru-hara.
Sumber itu menambahkan bahwa Rajeh Bakrit, gubernur Al-Mahrah yang saat ini tinggal di ibukota Saudi Riyadh, meminta pasukan Saudi untuk mengintensifkan kehadiran mereka, memungkinkan dia mengambil kendali penuh kegubernuran itu dan otoritas lokal, dengan pasukan keamanan dan militer yang didukung oleh Arab Saudi.
Sumber media juga menunjuk bahwa Bakrit menekankan kecemasannya terhadap demonstrasi damai yang mengangkat slogan-slogan kedaulatan nasional dan menuntut penarikan pasukan Saudi dari Bandara Internasional Al-Ghaydah dan Pelabuhan Nashtoon, menyerahkan dua pintu perbatasan Shahn dan Sarfit ke Pasukan Tentara Nasional, dan dibutuhkannya Koalisi untuk kembali mematuhi tujuan yang telah dideklarasikannya.
Langkah-langkah Arab Saudi itu dikhawatirkan dapat meningkatkan ketegangan pada demonstrasi damai di Al-Ghaydah, ibukota kegubernuran Al-Mahrah, menurut Al-Mahrah Post.
Pada Desember 2017, Arab Saudi mengirim bantuan militer yang ditempatkan di Bandara Internasional Al-Ghaydah dan perbatasan darat dan laut, dengan dalih memerangi penyelundupan.
Para kepala Suku dan politisi menolak langkah tersebut pada waktu itu, sebelum Arab Saudi mencapai kesepakatan dengan otoritas lokal untuk memastikan non-militerisasi kehidupan di kegubernuran yang dikenal damai dan menghindari konflik politik yang menimpa negara itu. */Nashirul Haq AR