Hidayatullah.com–Setelah tiga puluh tahun berhak menempati istana kepresidenan di Heliopolis, akhirnya Hosni Mubarak harus mengistirahatkan diri di Sharm el-Sheikh, diiringi kecaman jutaan rakyat Mesir yang marah.
Simpang-siur berita tentang keberadaan Mubarak menjadi pertanyaan media sejak Kamis kemarin, saat rakyat menunggu kemunculannya untuk berpidato lewat televisi pemerintah.
Ketika itu televisi Al-Arabiya mengabarkan bahwa Mubarak telah pergi lebih dulu sebelum pidato ke daerah wisata Sharm el-Sheikh ditemani kepala staf militer Letjen Sami Annan.
Sedangkan televisi pemerintah mengatakan Mubarak akan berpidato secara langsung dari istana kepresidenan.
Spekulasi keberadaan Mubarak juga dikemukakan banyak media lain. Ada yang menyebut bahwa Mubarak telah pergi ke suatu tempat yang tidak diketahui. Sementara Al-Hurra TV yang bermarkas di Amerika Serikat mengatakan, Mubarak sedang terbang ke Uni Emirat Arab dan akan tiba di Dubai dalam waktu satu jam.
Dalam pidatonya Kamis malam kemarin, Mubarak mengatakan bahwa dirinya tidak akan pergi meninggalkan Mesir.
Al-Arabiya Jumat (11/2) melaporkan bahwa Partai Nasional Demokrat, partainya Mubarak, mengkorfirmasi bahwa presiden mereka yang melengserkan diri telah berada di Sharm el-Sheikh. Di kawasan pantai Laut Merah itu Mubarak memiliki sebuah rumah peristirahatan.
Namun sepertinya rakyat tidak peduli tentang di mana pria berusia 82 tahun itu sebenarnya berada.
“Orang-orang di sini tidak peduli apakah dia ada di istana atau tidak. Kami (hanya) menginginkan dia berhenti menjadi presiden,” ujar Muhammad Hamdan, 40, seorang pegawai perusahaan minyak yang bergabung dengan ribuan demonstran di luar istana kepresidenan di pinggiran kota Kairo.*