Hidayatullah.com—Saiful Arab Qadhafi, putra bungsu Muammar Qadhafi dikabarkan telah bergabung dengan rakyat. Putra presiden Libya ini semula diperintahkan ayahnya untuk menumpas para demonstran di kawasan timur Libya, namun akhirnya membangkang perintah sang ayah dan bergabung dengan rakyat.
Menurut situs televisi al Alam mengutip sumber-sumber pemberitaan hari Kamis (24/2) melaporkan, Saiful Arab Qadhafi anak terkecil Muammar Qadhafi, dikirim ke wilayah timur Libya untuk menumpas para demonstran yang menuntut lengsernya Muammar Qadhafi akhirnya memilih bergabung dengan rakyat.
Saiful Arab Qadhafi yang diperintahkan ayahnya bersama pasukan militer lengkap ke kota Benghazi dengan tujuan menumpas para demonstran beberapa jam lalu akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan barisan revolusioner rakyat Libya dan menyatakan berlepas tangan dari ayahnya.
Saiful Arab Qadhafi mengatakan, “Nasib ayahku kalau tidak bunuh diri, ia bakal lari ke Amerika Latin.”
Banyak konspirasi
Sementara itu, kontributor hidayatullah.com di Tripoli, GD. Muhammad melaporkan, krisis yang menimpa Libya sejak dimulainya aksi-aksi demontrasi tanggal 16-17 Pebruari lalu nampaknya hanya memberikan berita sepihak.
“Hampir bisa dipastikan, berita-berita yang masuk ke kita masih bersumber dari berita asing dan media Barat. Masih minim ditemukan berita dari sumber media setempat atau laporan langsung,” ujarnya dari Tripoli.
Menurut Muhammad pemberitaan masalah Libya dinilai masih bias dan penuh dramatisasi berlebihan. Termasuk dilakukan media-media Arab sepertu Aljazeera dan alarabiya.
Menurut Muhammad, dua kota yang sekarang diberitakan jatuh ke tangan demonstran itu adalah kota yang selama ini ingin memisahkan diri dan bersenjata.
Saat ini Benghazi masih berada di bawah kendali demonstran oposan.Yang tak banyak diketahui orang, demonstran oposan di Benghazi sebagian bersenjata setelah banyak unsur tentara pemerintah di Benghazi yang membelot, gudang senjata dikuasai, bahkan termasuk tank-tank.
Benghazi adalah ibukota Libya sebelum Qadhafi berkuasa. Di kota itulah pusat pengikut raja Idris yang dulu dikudeta Qadhafi tahun 1969. Sudah sejak lama sebagian penduduk Benghazi ingin memisahkan diri dari pemerintahan Qadhafi, sehingga ketika ada momen ‘tsunami’ demo di Timur Tengah, dimanfaatkan oleh para oposan ini.
Menurut pantauan Muhammad, jatuhnya korban dari sipil dan aparat keamanan adalah karena massa oposisi di Benghazi bersenjata, juga karena banyaknya sniper-sniper bermunculan.
“Entah bayaran pemerintah Libya, atau bayaran pemerintah Amerika,” ujar Muhammad.
Fakta ini didasarkan pada pantauan beberapa hamasiswa Indonesia yang memiliki koresponden yang berasal dari warga Libya dari berbagai daerah dan distrik di Tripoli.
Namun umumnya, menurut Muhammad, saat ini, kecuali Benghazi dan Baidha, kota Sirte, Sabha, Zawiyah, sudah dikuasai penuh pemerintah.
Pemerintah sudah menghimbau agar warga Libya kembali bekerja dan beraktivitas normal kembali.Termasuk internet dan jaringan telepon yang mulai berangsur-angsur normal.
Kemarin, Syeikh Lhamis Libya sempat mengecam fatwa Dr Yusuf Qaradhawi yang sebelumnya telah menghalalkan “darah Qadhafi”. Menurut Lhamis, apa yang disampaikan Qaradhawi hanya didasarkan pada berita-berita bohong.
Sementara itu, beberapa pejabat utama dikabarkan makin banyak yang mundur. Hari Rabu kemarin, Youssef Sawani, ajudan senior Saiful Islam Qadhafi, salah satu putra Muammar Qadhafi, mengundurkan diri dari posisinya. Beberapa perwira militer juga dikabarkan telah bergabung dengan rakyat.
Sebagaimana diberitakan, lebih 1.000 orang tewas dibunuh pasukan dari Qadhafi. Sebanyak 130 tentara Libya telah menyatakan menolak menembaki demonstran *