Hidayatullah.com–Politisi Australia yang dikenal sebagai pendiri sekaligus pemimpin “One Nation Party”, Pauline Hanson kembali muncul ke publik. Sebagaimana biasanya, ia kembali berulah dengan kecaman terhadap kaum Muslim.
Penghasut sayap kanan Australia yang dikenal anti-Islam ini menyatakan agar kaum Muslim tak perlu datang ke Australia jika tidak bisa berbaur.
“Kalau tidak bisa membaur lebih baik mereka tidak datang ke Australia,” demikian ujar Hanson, Rabu kemarin. Hanson yang diwawancarai jaringan Radio Fairfax, mengatakan dia merasa terganggu bila ada Muslim yang mengatakan tidak mempercayai demokrasi.
“Australia adalah negara demokrasi. Kalau tidak percaya demokrasi, kenapa kalian Muslim datang ke Australia,” katanya dengan berapi-api.
Hanson memang sedang berkampanye untuk posisi di dewan legislatif NSW. Pemilu legislatif setempat berlangsung 26 Maret.
Pauline Hanson menjadi angota parlemen pada tahun 1996 dan dikenal sebagai politikus rasis karena sikapnya yang menentang imigrasi dari Asia ke Australia. Pada saat menjadi anggota legislatif ia pernah berkomentar tentang terancamnya Australia karena akan dibanjiri oleh warga dari Asia.
Komentar yang berbau rasis ini mendatangkan banyak kritik dari dunia Internasional.
Setelah dipenjara sejak tahun 2003 karena kasus penggelapan dana kampanye, Pauline memulai kembali aktivitas politiknya untuk meraih kursi parlemen dan mengalihkan materi kampanyenya dari Antimigrasi menjadi anti-Islam.
Pada tahun 2007 , ketika mengincar kursi disenat, Pauline pernah meminta kedatangan umat Islam dihentikan untuk melindungi kebudayaan Australia.
Tahun lalu, Hanson juga sempat membuat heboh dengan mengatakan ia tidak mau menjual rumahnya ke warga Muslim. Meski demikian, Hanson menolak tudingan bahwa ia rasis.
“Kritik terhadap Muslim Australia harus dibedakan dengan sikap rasisme,” katanya lagi.
“Saya punya hak untuk mempertanyakan sejumlah hal ke mereka.”
Peryataan anti Islam Hanson yang terbaru ini muncul ditengarai akibat kesal ketika mendengar sebuah wawancara dengan seorang Muslim yang mengatakan tidak percaya pada demokrasi.
“Kalau tidak mau membaur, jangan datang ke sini. Tinggal saja di negara asal kalian. Kalau mau di Australia, berintegrasilah,” sambung dia.
Menariknya, ia mengaku negerinya penganut demokrasi, namun tak memberi kebebasan pada orang yang tak meyakini demokrasi itu sendiri.*