Hidayatullah.com–Seorang juru kamera Aljazeera tewas akibat serangan di dekat markas besar pemberontak Benghazi di Libya timur, saluran berita satelit Arab itu melaporkan hari Sabtu.
Kantor berita AFP melaporkan, Ali Hassan Jabir kamareman Aljzeeera dibunuh oleh kaki tangan rezim Qadhafi di daerah Hawari dekat kota Benghazi.
Jabir adalah wartawan pertama yang tewas sejak rakyat Libya menggelar aksi demo nasional yang berlanjut dengan meletusnya gerakan revolusi. Sementara dalam insiden itu Naser Haddar, wartawan Aljazeera luka-luka.
Waddah Khanfar, Direktur televisi Aljazeera di Doha Qatar menyebut pembunuhan terhadap kameraman Aljazeera sebagai kejahatan rezim Qadhafi. Hal senada juga dikatakan oleh Musfata Garyani, Direktur Urusan Media Massa di Dewan Revolusi Libya.
Sementara itu di Benghazi, ribuan warga Libya turun ke jalan untuk menyampaikan penghormatan pada Jaber dan saluran beritanya, yang telah menuduh agen-agen keamanan Libya telah mengganggu sinyalnya, pada gambar yang disiarkan oleh Aljazeera.
“Darah Ali Jaber yang tewas akan berarti berakhirnya tiran itu,” spanduk yang dibawa oleh demonstran terbaca.
Aljazeera mengatakan Jaber, seorang warga Qatar dalam usia 50-an tahun, dihajar oleh tiga peluru dan “semua upaya untuk menyelamatkan hidupnya gagal,” kata wartawan Nasser el-Haddar yang juga terluka “setelah mereka mendapat tembakan senjata tanpa henti.
Aljazeera berjanji tak akan tinggal diam menghadapi kejahatan itu dan akan terus berusaha untuk membawa pelakunya ke pengadilan” karena pembunuhan tersebut.
Pada Kamis, surat kabar Brazil Estado de Sao Paulo mengatakan seorang wartawannya, Andrei Netto, yang ditahan di Libya sejak 2 Maret lalu telah dibebaskan oleh pasukan keamanan Libya.
Estado de Sao Paulo tidak memiliki informasi, bagaimanapun, mengenai nasib wartawan surat kabar Guardian Inggris, Ghaith Abdul-Ahad. *