Hidayatullah.com–Ketegangan di Bahrain tidak sama seperti revolusi lain yang terjadi negara-negara Arab lain, kata Dr. Yusuf Al-Qaradhawi. Revolusi Bahrain adalah revolusi sektarian dan tidak mewakili tuntuntan rakyat Bahrain secara keseluruhan.
“Tidak ada revolusi rakyat di Bahrain, melainkan (revolusi) sektarian,” kata Al-Qaradhawi, sebagaimana dilansir Al-Arabiya (19/3).
Menurut Ketua Ikatan Ulama Internasional itu, ada campur tangan asing di sebagian faksi yang ada, sehingga tuntutannya tidak lagi murni dari rakyat Bahrain. Faksi yang ingin menggulingkan faksi lain hanya mengutamakan kepentingannya sendiri.
“Revolusi di negara Arab lain ada kesamaan di mana yang tertindas melawan pihak penindas. Sedangkan di Bahrain sektarian, di mana Syi’ah melawan Sunni,” papar Al-Qaradhawi. Dia mencontohkan, ketika kelompok Sunni melihat protes yang dilakukan oleh kelompok Syi’ah, sekitar 450 ribu orang turun ke jalan mengemukakan tuntutan mereka sendiri.
Di tambahkan olehnya, revolusi Mesir melibatkan rakyat dengan latar belakang berbeda seperti Muslim, Kristen, tua, muda, sekuler, religius, seperti halnya di Tunisia, Yaman dan Libya.
Demonstrasi yang dilakukan kelompok Syi’ah Bahrain dinilai Al-Qaradhawi tidak terlalu ‘damai’.
“Kelompok Syi’ah menyerang kelompok Sunni dan mengambil alih masjid-masjid mereka dan menggunakan senjata seperti halnya perusuh yang kita saksikan di Yaman dan Mesir,” Al-Qaradhawi menjelaskan.
Dia mendesak semua pihak untuk membuka dialog dan mengesampingkan perbedaan. Al-Qaradhawi juga menyebut inisiatif Raja Hamad bin Isa Al-Khalifa untuk berdialog dengan kelompok oposisi itu “baik.”
Al-Qaradhawi juga memperingatkan bahaya kelompok Syi’ah mengusung-usung gambar pemimpin spiritual tertinggi Syi’ah Ayatullah Khamenei dan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah. Khamenei dan Nasrallah adalah tokoh negeri Iran, sementara Bahrain bagian dari negara-negara Teluk. Syi’ah Bahrain harus menunjukkan kewarganegaraan mereka yang sebenarnya.*