Hidayatullah.com—Para pemimpin kelompok BRICs, lima negara yang sedang muncul menjadi kekuatan baru di dunia, mengkritik Barat yang telah mengobarkan perang terhadap Libya, yang telah menyebabkan korban sipil di negara Afrika Utara itu.
Dalam pertemuan puncak mereka di Cina bagian selatan, para pemimpin Brazil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan (BRIC plus Afrika Selatan) dengan suara bulat mengutuk pemboman Libya. Demikian AFP melaporkan, Kamis (14/4).
Dalam draf pernyataan, kelompok itu menolak penggunaan kekuatan di Timur Tengah dan Afrika Utara.
“Kami berbagi prinsip bahwa penggunaan kekuatan harus dihindari. Kami tetap berpendapat bahwa kemerdekaan, kedaulatan, kesatuan, dan keutuhan wilayah setiap bangsa harus dihormati,” kata negara-negara yang mewakili lebih dari 40 persen dari populasi dunia itu dalam pernyataan.
Mereka juga menyatakan keprihatinan bahwa NATO –yang ikut mendorong krisis dengan menyerang Libya—telah menyebabkan jatuhnya korban sipil.
Para pemimpin negara-negara BRICs mengatakan, kehadiran bersama mereka di Dewan Keamanan PBB pada tahun 2011 menawarkan kesempatan untuk bekerja sama di Libya.
“Dalam pandangan kami, semua pihak harus menyelesaikan perbedaan mereka melalui cara-cara damai dan dialog di mana PBB dan organisasi regional harus memainkan sesuai peran mereka,” kata pernyataan itu.
Presiden Cina Hu Jintao memimpin pertemuan Kamis pagi di kota resor Sanya Cina selatan dengan peserta pemimpin Afrika Selatan Jacob Zuma, Dilma Rouseff (Brazil), Dmitry Medvedev (Rusia), dan Perdana Menteri India Manmohan Singh.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pesawat-pesawat tempur Barat mulai melakukan serangan udara terhadap Libya bulan lalu. Ribuan warga sipil telah tewas dalam tindakan yang dipimpin NATO.
Afrika Selatan merupakan salah satu negara yang memberikan suara mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengesahkan serangan udara.
Namun, setelah mengunjungi Tripoli pada hari Minggu, Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma meminta NATO untuk menghentikan serangan yang telah merenggut nyawa ratusan warga sipil dalam beberapa minggu terakhir.*