Hidayatullah.com–Sejumlah pimpinan gereja tidak melihat pelecehan dalam kasus pedofilia di berbagai gereja sebagai pelanggaran terhadap selibat mereka, demikian Uskup Geoffrey Robinson.
Pensiunan uskup auksilier Sydney, Australia tersebut melihat ketidakhadiran perempuan sebagai suatu kasalahan, karena justru perempuan bisa menjadi katalisator bagi krisis pelecehan seksual seputar iman (faith), demikian dikutip The Australian.
Dalam sebuah wawancara dengan The Australian Women’s Weekly, Uskup Robinson mengatakan, anak laki-laki lebih menderita ketimbang anak perempuan di tangan para pimpinan gereja pedofil, karena mereka lebih sering bertemu dengan anak laki-laki. Para suster lebih dekat dengan anak perempuan. Ini karena peran yang mereka mainkan dalam pendidikan agama bagi anak-anak.
Memang ada juga pandangan di kalangan pimpinan gereja pelaku pedofilia bahwa mereka tidak melanggar selibat jika melibatkan anak laki-laki.
“Kami telah cukup sering menemukan ketidakhadiran perempuan ini sebuah faktor penting,” katanya kepada majalah tersebut pada 26 April. “Ini faktor yang terkait dengan selibat, karena menyangkut perkawinan. Jadi sebenarnya, jika perempuan yang hadir itu bukan perempuan dewasa, pelanggaran terhadap selibat juga tidak terjadi,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, dogma hidup selibat atau berpantang menikah memang dikenal di kalangan rohaniawan Katolik. Konsili yang pertama menyangkut hidup selibat religius diberlakukan oleh sebuah konsili yang dilaksanakan di Elvira, Spanyol pada tahun 306, yang mengamanatkan bahwa para uskup, imam, deakon dan para pelayan lainnya dilarang untuk memiliki istri.
Di dalam konsili Ekumenis Nicea I (325 M), Uskup Hosius dari Cordova mengusulkan suatu dekrit yang memandatkan selibat para klerus, termasuk para klerus yang telah menikah.Dan dari konsili inilah timbul gagasan yang menghasilkan kaul yang kita kenal saat ini,yaitu kaul kemurnian (selibat) alias dogma tidak menikah.
Masalahnya, akibat dogma selibat atau tidak, kasus-kasus pelecehan seksual di tubuh gereja di berbagai belahan dunia terus terjadi.*