Hidayatullah.com–Menteri Dalam Negeri Tunisia mengatakan pada hari Selasa jika mereka ditahan karena melakukan pelanggaran seperti pencurian, pembakaran, kepemilikan senjata dan pelaksanaan jam malam dijalankan untuk mengatasi unjuk rasa, seperti yang dilaporkan AFP.
Demonstrasi awalnya diadakan untuk memprotes biaya hidup yang membumbung tinggi dan pengangguran kemudian berkembang menjadi unjuk rasa anti pemerintah di bulan Januari yang menurunkan Presiden Zainal Abidin Ben Ali, yang telah berkuasa 23 tahun.
Rakyat Tunisia melanjutkan unjuk rasanya, meminta pembersihan orang-orang lama dari pemerintahan sementara.
Unjuk rasa kembali terjadi Kamis lalu setelah Menteri Dalam Negeri Farhat Rajhi menyatakan jika kroni-kroni Ben Ali akan mengadakan kudeta militer untuk menghalangi bangkitnya partai-partai Islam yang akan mengikuti pemilihan di bulan Juli.
Rajhi, yang merupakan kepala Komisi Hak Asasi manusia dalam pemerintahan sementara, kemudian mencabut komentarnya.
Tetapi nampaknya Perdana Mentri Beji Caid Essebsi tidak puas dan ia mengganti Rajhi dari posisinya.
Sementara itu, seorang pemuda terbunuh di Tunis pada hari Minggu setelah pasukan keamanan menembakkan senjata untuk membubarkan pengunjuk rasa.
Essebsi mengatakan pemerintahan transisi tetap berencana untuk mengadakan pemilihan pada tanggal 24 Juli tetapi masalah tekhnis dapat menunda pemilihan.*