Hidayatullah.com–Selama 16 tahun menghindari kejaran hukum, Jenderal Ratko Mladic tampaknya diuntungkan oleh bantuan di dalam dan di luar Serbia.
Bulan lalu isterinya, Bosiljka, diadili di Beograd dengan dakwaan memiliki senjata api secara ilegal. Dia mengatakan, dia yakin suaminya sudah meninggal.
Dia mengatakan di depan pengadilan, satu senapan otomatis dan beberapa senjata genggam yang ditemukan di rumah mereka di Beograd sewaktu polisi melakukan pengeledahan pada tahun 2008, adalah milik suaminya.
Kepolisian Serbia akhirnya menemukan Jenderal Mladic di Desa Lazarevo, dekat Zrenjanin di Serbia utara, dan mendapati dia berkeliaran dengan nama Milorad Kamadic, kata laporan stasiun radio Serbia, B29, di situs internetnya hari Kamis (26/5).
Jenderal Mladic dikenai dakwaan kejahatan perang pada tahun 1995, tetapi hidup bebas secara terbuka di Serbia, sampai setelah Slobodan Milosevic digulingkan dari kekuasaan pada akhir tahun 2000.
Dia tetap menjadi anggota resmi militer Serbia-Bosnia sampai sampai tahun 2002, dan menarik uang pensiunan militer dari Beograd sampai akhir tahun 2005.
Dia disebut-sebut secara berkala mengunjungi berbagai kawasan di Bosnia untuk merayakan hari lahir bersama para koleganya di masa perang dan pergi berburu di hutan-hutan terpencil.
Pada tahun 2009, muncul rekaman video yang tampaknya menunjukkan Jenderal Mladic bersama dua wanita dengan pemandangan musim dingin. Di dalam video itu jenderal buronan tersebut disebut-sebut bersama isteri dan menantu perempuannya di satu kawasan ski.
Film yang ditayangkan di TV Federasi Bosnia itu diyakini diambil pada tahun 2008.
Pada tahun 2002, wartawan BBC, Paul Martin, mendekati sebuah desa di Beograd tempat Jenderal Mladic diyakini bersembunyi.
Seorang wanita mengatakan, dia melihat Jenderal Mladic secara reguler mondar-mandir di satu taman berdekatan sambil membawa anjingnya.
Tetapi wartawan BBC dihadang dan diusir oleh pengawal keamanan dan diperingatkan agar tidak kembali ke tempat lagi.
‘NATO enggan’
Sebagian orang yakin, tidak hanya jaringan militer Serbia dan para pejabat keamanan yang membuat Mladic bisa bebas berkeliaran, melainkan keengganan masyarakat internsional, setidaknya pada tahun-tahun pertama.
Carld Bildt, mantan utusan PBB untuk Bosnia setelah perang, mengatakan kepada BBC bahwa para anggota NATO menghindari tindakan yang bisa mengancam perdamaian pasca perang yang masih rapuh.
“Saya kira, ada semacam kengganan kolektif di kalangan para komandan militer NATO dan mereka itu bukan hanya komando Amerika, tetapi juga komando Inggris,” katanya.
“Alasannya adalah karena mereka takut kalau mereka bertindak terhadap Ratko Mladic, akan ada gangguan politik besar atau gangguan lain.”
Namun begitu waktu berlalu, Barat menjadi semakin keras tekadnya untuk memenjarakan Jenderal Mladic dan meningkatkan tekanan terhadap Serbia.
Mahkamah Kejahatan Internasional untuk bekas Yugoslavia (ICTY) di Den Haag mengatakan, pihaknya yakin Jenderal Mladic bersembunyi di Serbia selama bertahun-tahun, “dalam jangkauan” pihak berwenang Beograd.
Berdasarkan perhitungan ini dan juga analisis badan-badan intelijen Barat, Uni Eropa kemudian memperingatkan Serbia berulangkali bahwa kegagalannya untuk menyerahkan Jenderal Mladic bisa membuyarkan harapannya untuk masuk menjadi anggota ke blok itu.
Beograd dituduh melakukan serangkaian serbuan oleh kepolisian untuk memuaskan jaksa utama di Den Haag, Serge Brammertz, bertepatan dengan kunjungan regulernya.
Satu apartemen milik putra jenderal itu diserbu berkali-kali.
Pada bulan Mei 2006, UE membekukan perundingan dengan Serbia mengenai Persetujuan Stabilisasi dan Asosiasi, yang menjadi langkah awal menuju keanggotaan UE.
Para politisi Serbia selalu membantah bahwa Jenderal Mladic berada di daerah mereka. Para wartawan mengatakan, mungkin saja benar bahwa tidak tahu apakah dia berada Serbia atau tidak.
Perubahan sikap
Serbia telah berada di bawah tekanan kuat untuk melakukan penangkapan, berkaitan keluhan kepala jaksa penuntut kejahatan perang PBB, Serge Brammertz, awal bulan ini bahwa pihak berwenang tidak melakukan cukup untuk menangkap Mladic dan buronan penjahatan perang lainnya.
Selama bertahun-tahun pemerintah Serbia dituduh juga enggan menangkap mantan pemimpin politik Serbia-Bosnis, Radovan Karadzic. Dia akhirnya ditangkap dan diserahkan ke Mahkamah Den Haag pada bulan Juli 2008.
Rasim Ljajic, menteri Serbia untuk kerja sama dengan pengadilan Den Haag, mengatakan, para pejabat keamanan sudah sempat berjumpa dengan Karadzic yang menyamar habis-habisan ketika mereka mencoba melacak Jenderal Mladic.
Kelihatannya, perubahan pemerintahan belum lama ini membawa perubahan sikap secara mendadak.
Dalam pemilihan parlemen, Partai Demokratis pro-Eropa yang dipimpin Presiden Boris Tadic tampil cukup bagus untuk membangun koalisi pro-Eropa.
Dalam beberapa pekan saja setelah perdana menteri yang baru, Mirko Cvetkovic, memegang kekuasaan, Karadzic ditahan.
Jenderal Mladic waktu itu pasti merasakan bahwa hari-hari kebebasannya sudah akan berakhir.
Penangkapannya sekarang ini kemungkinan akan memuluskan jalan bagi Serbia untuk mendapatkan status calon secepatnya dalam upaya untuk bergabung ke Uni Eropa.
“Atas nama Republik Serbia kami mengumumkan bahwa Ratko Mladic telah ditangkap,” kata Presiden Serbia Boris Tadic kepada wartawan, Kamis (26/5). Dia mengatakan, penangkapan dilakukan oleh Badan Intelijen dan Keamanan Serbia.
Mladic akan diekstradisi ke pengadilan kejahatan perang PBB, katanya. Dia tidak menentukan kapan, tapi, katanya, ‘proses ekstradisi tengah berlangsung’. “Kami mengakhiri masa sulit dalam sejarah kita dan menghapus noda dari wajah anggota bangsa kita di mana pun mereka tinggal,” katanya.
Mladic akan didakwa atas genosida sekitar 8.000 Muslim Bosnia di Srebrenica dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pasukannya selama perang Bosnia 1992-95.
Kepala jaksa penuntut kejahatan perang PBB, Serge Brammertz, bulan depan dijadwalkan melaporkan upaya-upaya dari negara Balkan itu kepada Dewan Keamanan PBB.*