Hidayatullah.com—Para korban pelecehan seksual di Belgia oleh para pastor Katolik akan melanjutkan proses hukum mereka terhadap Vatikanberkaitan penderitaan yang dialami, meskipun terdapat tawaran dari uskup setempat untuk memberikan kompensasi pada mereka, demikian kata pengacara mereka, Rabu (1/6).
Dalam tuntutan ini Paus Benediktus mendapatkan kekebalan diplomatik, namun para pejabat Vatikan lain dan para uskup Belgia akan dipanggil untuk bersaksi dalam kasus tersebut, kata pengacara Walter van Steenbrugge.
Christine Mussche, pengacara lain untuk sekitar 70 korban, mengatakan, Vatikan gagal melakukan intervensi, bahkan ketika belajar atas skandal di gereja Belgia. Lebih dari 500 kasus dugaan pelecehan telah terdaftar pada tahun lalu.
“Ada instruksi dari Paus yang mengatakan hal-hal tersebut harus dirahasiakan dan didiamkan,” katanya. Ia, menambahkan, gereja bisa bersalah karena mengabaikan hukum Belgia.
Konferensi para uskup Belgia mengatakan pada hari Senin, mereka akan membentuk komisi untuk memberikan kompensasi kepada para korban pelecehan, karena kasus mereka begitu lama sehingga tidak bisa lagi menuntut. Beberapa kasus yang dilaporkan, terjadi beberapa dekade yang lalu.
“Selama tidak ada hasil yang nyata dari komisi arbitrase, para korban akan terus melanjutkan prosedur,” kata Mussche dalam sebuah konferensi pers.
Dalam konferensi pers itu beberapa korban menjelaskan mengapa mereka ambil bagian dari gugatan tersebut, yang akan diajukan di Ghent pada bulan September oleh pengacara.
“Semua keamanan yang saya miliki dalam hidup saya hilang karena pastor telah melecehkan saya, dan orang yang saya percayai itu telah mengguncang saya sedalam-dalamnya,” kata Walter Franckaert, sekarang 58 tahun.
Dengan menahan air mata, Jeroen Vyncke, 41, mengatakan, ia hanya menginginkan kompensasi atas peluang profesional yang hilang dan berkurangnya hubungan sosial jangka panjang.*