Hidayatullah.com–Di tengah-tengah bencana kelaparan, kabar datangnya bulan Syawal menjadi berita menggembirakan bagi warga Somalia.
Muslim Somalia mendengar berita bahwa 1 Syawal jatuh pada hari Selasa (30/8), pada hari Senin malam pukul 22.00 waktu setempat.
Menandai hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa Ramadhan warga Somalia sarapan makanan tradisional halva dan kue-kue sebelum berangkat ke tempat shalat Idul Fitri.
Muslim Somali di ibukota berbondong-bondong menuju masjid di dekat istana kepresidenan di Mogadishu.
Mereka terlihat mengenakan pakaian terbaik mereka untuk melakukan shalat Idul Fitri. Anak-anak berlarian ke sana kemari dengan wajah ceria, melupakan sejenak derita kelaparannya.
Masjid yang penuh sesak memaksa para jamaah untuk memiringkan sedikit badannya agar bisa berdiri dalam barisan shalat. Di antara warga Somalia, tampak pula para relawan dari berbagai negara.
Tentara yang biasa memanggul senjata, di hari lebaran mengikat balon di pucuk senjata mereka.
Relawan Bulan Sabit Merah dari Turki membagi-bagikan hadiah kecil untuk anak-anak dan wanita.
Banyak di antara mereka terlihat gembira dan berharap hari raya akan terus berlanjut. Mereka berharap negerinya yang sedang dilanda konflik horisontal, kelaparan dan kekeringan akan segera mengakhiri musibah itu. Warga sangat ingin menikmati Mogadishu yang damai dan tentram selamanya.
Para pengungsi dari Shabellada Hoose yang mencari makanan ke Mogadishu harus berjalan kaki sepanjang 129 kilometer. Sementara warga asal Baydhaba harus berjalan kaki selama delapan hari sebelum akhirnya mencapai ibukota Somalia yang berjarak 250 kilometer. Orang-orang dari Diin-soon bahkan harus menempuh jarak lebih jauh lagi. Mereka berjalan 500 kilometer selama 16 hari.
Walaupun sudah berhasil mencapai ibukota, tempat di mana bantuan dari luar negeri datang, para pengungsi tidak serta merta mendapat makanan yang mereka cari. Setidaknya mereka harus kelaparan selama dua hari sebelum akhirnya bisa menikmati makan dan minum. Sebagian lain bahkan meninggal sesampainya di Mogadishu.*