Hidayatullah.com–Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dalam turnya ke negara-negara Kaukasus mengulangi pernyataannya tentang Turki, yang dianggapnya bukan bagian dari Uni Eropa.
“Terletak di Asia Kecil, Turki memiliki peran penting di dunia. Ia merupakan jembatan antara Timur dan Barat,” kata Sarkozy, yang dilansir Todyaszaman dari kantor berita Anatolia.
“Tapi peran ini di luar Uni Eropa. Prancis tidak melihat Turki ada di dalam Uni Eropa,” katanya saat berada di Armenia, Kamis (06/10/2011).
“Menurut pendapat saya, keanggotaan Turki di Uni Eropa belum berubah dan tidak ada alasan untuk berubah,” katanya.
Keinginan Prancis agar Turki menjadi anggota khusus saja dan bukan anggota penuh di Uni Eropa, dinilai banyak orang di Turki sebagai prasangka terhadap sebuah negara Muslim.
Pendapat itu bisa jadi benar. Sebab sebagaimana diketahui, politisi di negara-negara Eropa — termasuk Prancis — sering menggunakan isu Islam dan Muslim sebagai alat politik mendulang suara.
Terkait Turki dan kunjungannya ke Armenia, Sarkozy — yang akan bertarung mempertahankan kursi presidennya dalam pemilihan April mendatang — mendesak Turki mengakui pembantaian warga Armenia oleh Kerajaan Ottoman Turki pada Perang Dunia I, tahun 1915.
“Pembantaian Armenia adalah realita sejarah. Penyangkalan kolektif lebih buruk dibanding penyangkalan individu,” kata Sarkozy kepada wartawan.*
Keterangan Foto: Nicolas Sarkozy bersama Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev di Baku, Jum’at (07/10/2011).[Reuters]