Hidayatullah.com–Al-Azhar dan para ulamanya telah memposisikan diri sebagai pengawas pencetakan Al Qur’an di Mesir dan sejumlah negara Islam lainnya. Negara-negara Arab dan negara Islam menjadikan Al-Azhar sebagai referensi dalam pencetakan mushaf Al Qur’an.
Paling tidak, mereka akan berkonsultasi terlebih dahulu dengan para ulama Al-Azhar sebelum mencetak Al Qur’an. Oleh sebab itu, Al-Azhar bersikap tegas dalam soal yang dianggap sensitif di dunia Islam tersebut. Mereka tidak menoleransi kesalahan sekecil apa pun.
Dewasa ini, pencetakan Al Qur’an memasuki era baru. Pencetakan Al Qur’an bukan lagi monopoli negara-negara Islam. Bahkan, China—yang notabene negara Komunis—juga terjun dalam bisnis pencetakan Al Qur’an komersial.
Menurut Direktur Penyusunan dan Terjemahan Al-Azhar, Dia’uddin Muhammad, produksi China yang murni komersial itu sama sekali mengabaikan kesucian Al Qur’an. “Terdapat banyak kesalahan cetak dalam mushaf buatan Cina. Inilah yang mendorong Al-Azhar melarang peredarannya di Mesir,” ujarnya, sebagaimana dilansir Al-Sharq Al-Awsat.
Sedangkan Kepala Pengawas Al Qur’an Iran Ahmad Haji-Sarif memastikan, ada beberapa kesalahan dalam publikasi Al Qur’an yang dicetak di Negeri Tirai Bambu itu. Hal ini disebabkan biaya produksi yang rendah.
“Minimnya biaya pencetakan membuat kesalahan cetak pada beberapa ayat di Al Qur’an,” ungkap Ahmad Haji-Sharif, seperti dikutip Kantor Berita Mehr.
Para pejabat Pemerintahan Iran saat ini sedang membahas untuk melarang peredaran Al Qur’an yang dicetak di China. Cetakan Al Qur’an yang biasa digunakan di Iran tersebut biasanya ditulis dalam Bahasa Persia dan Bahasa Arab.
Namun Haji-Sharif tidak menjelaskan apakah kesalahan cetak yang terjadi itu, terjadi pada cetakan dalam Bahasa Persia ataukah kesalahan terjadi pada cetakan di Bahasa Arab?*