Hidayatullah.com–Dalam kampanye pertamanya, calon presiden dari Partai Hijau Eva Joly berpendapat, seharusnya hari raya Islam Idul Fitri dan Yahudi Yom Kippur dimasukkan dalam kalender libur nasional Prancis.
“Setiap agama harus mendapatkan perlakuan yang sama di muka umum,” kata Joly saat kampanye hari Rabu lalu.
Saat ini Prancis punya 12 hari libur nasional. Enam di antaranya merupakan hari perayaan Katolik, sementara enam hari libur lainnya tidak ada hubungan dengan kegiatan keagamaan.
“Saya berkeyakinan bahwa hari libur nasional juga harus mencakup kepercayaan lain, selain agama Katolik,” kata Joly, dikutip France24 (13/01/2012).
Joly menilai, kesetaraan dalam masalah agama merupakan kunci “identitas Prancis”. Ia menyalahkan Sarkozy atas kehidupan beragama yang terpecahbelah di Prancis.
“Ya, saya katakan … penderitaan ini disebabkan oleh 5 tahun Sarkozy-isme,” tegas Joly.
Namun, usulan Joly itu tidak diterima oleh tokoh-tokoh partai lain.
Laurent Wauqiez, menteri pendidikan tingi dan pentolah partai UMP mengatakan, “Hari libur nasional Prancis, lahir bersama dengan sejarah Kristen kita. Kami tidak akan menghapus sejarah kita.”
Mivhael Sapin, direktur kampanye capres Sosialis Francois Hollande, mengingatkan Joly bahwa prinsip negara Prancis adalah sekularisme. Meskipun negara menghormati semua agama, tapi negara tidak mengakui satupun agama.
Sementara Marine Le Pen dari Front Nasional Prancis –partai anti imigran– menyindir Joly dengan mengatakan bahwa wanita itu tidak mengerti tradisi, sejarah dan nilai moral Prancis. Dan itu sangat mengherankan, kata Le Pen, sebab Joly maju sebagai seorang calon presiden Prancis.
Eva Joly saat ini memiliki dua kewarganegaraan, yaitu Norwegia dan Prancis.*