Hidayatullah.cm–Kebangkitan sebuah organisasi Islam keagamaan di Pakistan telah timbulkan kekhawatiran bagi dunia Barat dan warga Pakistan pro AS, setelah serangan NATO akhir tahun lalu menyebabkan tewasnya 24 tentara Pakistan.
Sebuah aliansi Islam, yang menyebut diri Difa-e-Pakistan Ittehad atau the Defense of Pakistan Alliance (DPA), belakangan ini berusaha menggalakkan kampanye anti Barat, dengan melancarkan demonstrasi di berbagai kota di seluruh Pakistan. Kelompok itu telah mendapat kritik di luar negeri dan di Pakistan, karena dituduh menjadi wadah kekuatan Islam yang menyebabkan ancaman bagi stabilitas Negara. Demikian dikutip DW-WD.
Kelompok ini adalah wadah gabungan yang merepresentasikan sekitar 40 partai politik keagamaan, banyak dari mereka sebelumnya dianggap kelompok teroris. Mereka berargumentasi, aliansi itu penting karena pemerintah dan wadah keamanan nasional gagal untuk mempertahankan Pakistan.
Dalam demonstrasi massal di seluruh Pakistan belum lama ini, termasuk di ibukota Islamabad dan kota pelabuhan Karachi, yang menarik banyak pendukung melebihi dugaan semula, DPA mendesak agar Pakistan menghentikan seluruh kerjasama politiknya dengan dunia Barat, terutama AS. Di samping itu, kelompok sayap kanan itu juga menyerukan agar AS dan India tidak dibiarkan “menduduki” Pakistan.
‘Matilah Amerika’
Di antara slogan aksinya adalah, “Matilah Amerika,” “Jangan percaya India” dan “Jangan buka rute pasokan NATO bagi pasukan internasional di Afghanistan, yang sudah ditutup.”
Pemimpin aliansi itu adalah Maulana Sami-ul-Haq, yang terkenal sebagai salah seorang pimpinan spiritual yang menjadi kepala sejumlah madrasah di Pakistan barat laut. Salah satu tokoh utama lainnya adalah Maulana Fazlur Rehman Khalil, yang pernah menjadi pemimpin Harkat-ul-Mujahideen, sebuah kelompok Islam yang dikaitkan hubungan dengan Al Qaidah.
Dalam demonstrasi di Islamabad yang diikuti beberapa kelompok religius. Islamabad (20/02/2012) lalu, kelompok ini mengajak protes intervensi AS di negeri tersebut.
“Hari ini, kami berkumpul di sini untuk menyerukan protes terhadap intervensi AS di Pakistan,” demikian dikatakan Maulana Sami ul-Haq dalam wawancara dengan kantor berita AFP dalam demonstrasi anti AS baru-baru ini di Islamabad. “Protes kami arahkan terhadap kemungkinan diadakannya lagi pasokan bagi NATO, okupasi oleh India dan AS serta penguatan pertahanan negara,” demikian dikatakan Maulana Sami ul-Haq.
Seorang tokoh, Hafiz Abdur Rehman Makki, berbicara di depan massa di Islamabad dan menegaskan bahwa tujuan utamanya adalah “kematian bagi AS”.
Sementara itu, Hamid Gul, seorang bekas jenderal dan mantan pemimpin dinas rahasia militer Pakistan, ISI (Inter-Services Intelligence) juga menjadi tokoh penting dalam aliansi ekstrim kanan itu. Ia pernah menyatakan, bahwa AS terlalu banyak ikut campur di kawasan tersebut. Bagi banyak analis, keanggotaannya dalam DPA adalah pertanda bahwa pemerintah Pakistan kemungkinan memberikan persetujuan tidak langsung.
Dalam sebuah aksi demontrasi di Islamabad, Hamid Gul menyampaikan pernyataannya akan bersikap keras pada Pakistan jika pemerintah negeri itu masih bekerjasama dengan Amerika.
“Selama 10 tahun, pemerintah Pakistan mengucurkan darah bangsa dalam persekutuan dengan AS. Di masa lalu kami mendesak dan mengatakannya lagi sekarang, ini bukan perang kami,” demikian dikatakan Hamid Gul di depan massa pada demonstrasi di Islamabad. “Rakyat Pakistan tidak akan mengijinkan pemberian pasokan bagi tentara NATO di Afghanistan. Jika pemerintah bekerjasama dengan AS dan agresinya, bangsa ini akan bangkit melawan mereka.”*