Hidayatullah.com—Para pekerja asing asal Sri Lanka di Arab Saudi, Sabtu kemarin (21/04/2012) mengecam demonstrasi anti Islam di negaranya yang menghalang-halangi umat Islam dari menunaikan ibadah shalat Jumat. Demikian lansir Arab News (22/04/2012).
Sebagaimana telah dilaporkan sebelumnya, sekitar 2.000 umat Budha dan juga 300-an orang biksu Budha melakukan unjuk rasa di sebuah masjid di kota Dambulla, Sri Lanka. Mereka menuntut agar masjid tersebut diruntuhkan.
Menurut Syed Hamid, seorang eksekutif pemasaran di sebuah perusahaan suplier makanan di Riyadh, meskipun unjuk rasa itu dilakukan oleh orang-orang yang kehilangan arah dari kelompok mayoritas terbesar di negeri itu, namun keterlibatan kalangan rohaniwan Budha dalam aksi tersebut sangat meresahkan.
“Ini jelas-jelas melanggar ajaran dari guru spiritual mereka yang dihormati orang, yaitu Sang Budha,” kata Hamid. Dia menambahkan, tidak adanya tindakan tegas dari aparat pemerintah atas aksi unjuk rasa itu juga merupakan hal yang mengecewakan.
Nihal Gamage, seorang penganut Budha dan mantan presiden organisasi ekspatriat Sri Lanka, berpendapat bahwa demonstrasi itu direkayasa oleh sekelompok orang yang memiliki kepentingan tertentu.
“Sebagai orang Sri Lanka, kami hidup berdampingan dengan komunitas lain di pulau itu. Hal ini telah kami buktikan di kawasan sakral Kataragama di mana kita bisa menemukan masjid, kuil Budha dan Hindu dalam satu kawasan,” kata Gamage.
Gamage mengatakan, kejadian itu adalah ulah segelintir orang yang harus diadili sesegera mungkin.
Muhammad Mackeen, seorang pekerja di bidang medis, khawatir sebab keluarganya tinggal di Dambulla.
Menurut HM Rafeek, pimpinan organisasi ekspatriat Sri Lanka di Jeddah, orang Sri Lanka meyakini kehidupan masyarakat yang harmonis.
“Kami baru saja mengakhiri konflik antaretnis dan pemerintah telah berupaya untuk menaungi semua komunitas dalam satu payung guna mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan,” kata Rafeek, seraya menambahkan bahwa warga yang memiliki keluhan pribadi seharusnya melaporkan kepada pihak yang berwenang.
Seorang warga Sri Lanka lain, Muhammad Hashim, berpendapat bahwa kasus itu akan memperkuat klaim suku Tamil diaspora di berbagai tingkatan.
“Dambulla dulu adalah kota kecil yang tidak dikenal di peta dunia, namun sekarang tidak begitu lagi. Serangan terhadap masjid di kota tidur itu dipublikasikan secara meluas oleh media-media internasional. Sekarang, menjadi tanggungjawab para pemimpin masyarakat kelompok mayoritas untuk bertindak cepat dan tepat,” kata Hashim.
“Masyarakat dunia, khususnya dunia Arab dan Muslim, semua menyaksikan dengan mata terbuka. Pemerintah Sri Lanka seharusnya tidak menganggap enteng masalah ini. Ini adalah waktunya untuk membuktikan kepada dunia bagaimana mereka melindungi hak-hak kaum minoritas,” kata seorang warga Sri Lanka yang tidak ingin disebutkan namanya.*