Hidayatullah.com–Menteri Luar Negeri Israel, Avigdor Lieberman mengirimkan dokumen kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyatakan bahwa Mesir lebih berbahaya terhadap Israel daripada Iran, karena revolusi 25 Januari lalu dan perubahan pemerintahan. Dengan alasan itu, Lieberman meminta agar pasukan Israel dikerahkan lebih banyak lagi di perbatasan Mesir. Demikian dilansir Islammemo.
Seperti yang dilansir surat kabar Maariv hari Ahad (22/4), dalam suratnya tersebut Lieberman mengatakan, “Masalah Mesir lebih mengkhawatirkan dari pada masalah Iran, karena Mesir merupakan negara Arab terbesar yang langsung berbatasan dengan Israel, dan meskipun antara Mesir dan Israel memiliki perjanjian damai yang lebih dari tiga puluh tahun.”
Lieberman menambahkan, “Pemerintah Israel wajib mengambil keputusan berani dan membentuk kembali formasi Militer Selatan yang selesai setelah perjanjian damai dengan Mesir.”
“Tujuh batalyon yang dimasukkan Mesir ke Sinai dengan tujuan mendapatkan kembali kontrol di semenanjung dan melawan jaringan bersenjata, bukan tindakan nyata melawan terorisme,” tambahnya lagi, seperti dikutip di surat kabar Maariv.
Lieberman juga menyampaikan,”Tidak mungkin Mesir melanggar perjanjian yang telah ditandatangani dengan memasukkan pasukan yang besar ke Sinai, hingga setelah pemilihan presiden baru.”
Namun Lieberman bisa sedikit santai karena Mesir tengah menghadapi situasi ekonomi yang rumit, hasil ketergantungannya kepada Barat. Namun, tambah Lieberman lagi, meski demikian, hal itu tidak memberikan jaminan kepada Israel akan stabilitas dan perjanjian damai.
Lieberman meyakini bahwa Israel harus bersiap diri menghadapi kemunduran hubungan dengan Mesir, terutama setelah pemilihan presiden nanti.