Hidayatullah.com—Komite Miiliter Senat Amerika Serikat mendapati ribuan komponen yang dipakai dalam pesawat militer negaranya ternyata barang palsu buatan China.
Dalam penyelidikan yang berlangsung setahun penuh, komite menemukan sekitar 1.800 kasus komponen palsu, di mana lebih dari 70% dari kira-kira satu juta komponen merupakan onderdil palsu berasal dari China, lansir BBC (22/5/2012).
Laporan komite ini menyebutkan bahwa tentara AS tergantung pada beragam ”komponen elektronik kecil yang sangat canggih” yang terdapat di sistem penglihatan malam hari, radio dan perlengkapan GPS, dan kegagalan dari satu komponen bisa menyebabkan resiko bagi seorang tentara. Komponen palsu ini dilaporkan juga terdapat di helikopter SH-60B yang digunakan angkatan laut, pesawat kargo C-130J dan C-27J, dan di pesawat P-8A Poseidon.
Selain China, komponen palsu itu juga diduga berasal dari Inggris dan Kanada.
Laporan itu menyatakan bahwa penggunaan Program Pertukaran Data Industri Pemerintah (GIDEP) milik Dephan AS yang dirancang untuk mendeteksi komponen palsu, berjalan “buruk” karena barang palsu masih bisa menyusup. Antara tahun 2009 dan 2010, GIDEP hanya menerima 217 laporan terkait dugaan komponen palsu, mayoritas laporan diajukan oleh enam perusahaan. Hanya 13 laporan datang dari badan pemerintah.
Disebutkan pula dalam sejumlah kasus, Departemen Pertahanan AS meminta penggantian biaya dari kontraktor karena kegagalan untuk mendeteksi komponen palsu dalam rantai penyediaan.
Tapi bisa menghadapi pemotongan lanjutan sebesar US$500 miliar saat pemangkasan anggaran pengeluaran mulai berlaku pada akhir 2012, setelah Kongres gagal mencapai rencana pengurangan defisit tahun lalu.
Sejumlah anggota komite yang ingin datang ke China untuk penyelidikan komponen palsu ini disebut-sebut batal karena tidak mendapatkan visa kunjungan.
“Daripada mengakui masalah dan bergerak agresif untuk menutup pemalsuan, pemerintah China justru mencoba untuk menghindari pemeriksaan,” tulis komite dalam temuannya
Penggunaan komponen palsu itu dinilai membahayakan keamanan negara dan justru membengkakkan anggaran Pentagon. Padahal Dephan AS itu sedang berusaha melakukan penghematan sekitar USD450 milyar atau sekitar 4.000 trilyun rupiah dalam sepuluh tahun mendatang.*