Hidayatullah.com–China mengumumkan akan menghentikan pemberian izin bepergian perorangan ke Taiwan.
Kementerian Pariwisata China mengatakan bahwa keputusan itu, yang berlaku mulai Kamis (1/8/2019), dipicu oleh situasi tegang lintas selat belakangan ini.
Pelancong perorangan dari 47 kota –termasuk Beijing dan Shanghai– menikmati kebebasan mengunjungi Taiwan sejak 2011. Namun, ketegangan Beijing dengan pulau yang dianggapnya sebagai salah satu provinsi China itu belakangan ini semakin memburuk.
Larangan bepergian tersebut tidak berlaku untuk pelancong berkelompok alias rombongan turis.
Robert Kao, anggota Asosiasi Agen Perjalanan Taiwan, mengatakan kepada China Morning Post bahwa jika larangan itu tidak dicabut sampai akhir tahun ini, maka jumlah pelancong yang berkunjung ke Taiwan bisa berkurang sekitar 700.000, lansir BBC Rabu (31/7/2019).
Izin melancong sempat dilonggarkan semasa Taiwan dipimpin oleh Ma Ying-jeou, yang partainya Koumintang berhubungan baik dengan pemerintah Komunis di China Daratan.
Namun, sejak Tsai Ing-wen pada 2016 memimpin Taiwan hubungan dengan China Daratan berubah menjadi dingin, dan bahkan belakangan ini memanas. Maklum, wanita pemimpin Taiwan itu lebih suka jika Taiwan merdeka daripada menjadi bagian dari China.
Meskipun hubungan tidak lagi mesra, menurut biro pariwisata Taiwan pada tahun 2017 dan 2018 ada 2,69 juta orang mengunjungi pulau itu dari China Daratan.
China menawarkan Taiwan diperlakukan sama seperti Hong Kong yang memakai model otonomi “satu negara dua sistem”.
Akan tetapi Presiden Tsai –yang akan menghadapi pemilu Januari 2020– berargumen bahwa sistem itu gagal, melihat fakta apa yang terjadi dengan Hong Kong sekarang ini.
Pekan ini Taiwan menggelar latihan perang selama dua hari dengan amunisi sungguhan. Latihan perang itu berbarengan dengan latihan perang China yang digelar di daerah yang berhadapan langsung dengan Taiwan.
Beijing belakangan juga dibuat marah sebab Amerika Serikat meloloskan permintaan penjualan tank dan senjata yang diajukan Taiwan.
Beijing merespon keputusan AS itu dengan mengatakan bahwa China siap mengangkat senjata apabila Taiwan memaksa ingin menjadi negara tersendiri.*