Hidayatullah.com–Menyambut kunjungan rezim militer Thailand Jen Prayuth Chanocha ke Provinsi penduduk Melayu, Jumat lalu, lima polisi Siam (kerajaan Thailand) terbunuh dan seorang kritis dalam serangan bom di sebuah kampung di daerah Jakarta Raman, Provinsi Yala petang ini.
Pejuang Pembebasan Patani (Fattani) juga mengambil senapan anggota polisi dalam kejadian yang terjadi di Kampung Upak di Thatong, sekitar jam 3 sore. Kala itu, sebuah bom meledak saat anggota polisi melalui jembatan, yang menyebabkan tewasya 5 anggota polisi dan mencedera yang lain.
Kepala Polisi Thailand untuk Wilayah Jala Mayjen Pirat Boonliang mengatakan kelompok pejuang Pembebasan Patani yang dipimpin oleh Kaman Chaichana, meledakkan bom dari hutan dekat.
“Mereka mengambil senjata” polisi,” katanya.
Lebih dari 5.000 orang telah meninggal dunia sejak kebangkitan masyarakat Melayu Patani menentang pemerinatah Thailand. Mereka mengangkat senjata hguna mendapatkan hak kemerdekaan untuk empat wilayah penduduk Melayu, sekitar delapan tahun lalu.
Pada bukan 3 Juli, bom yang tersembunyi di dalam keranjang melukai lima tentara Thailand di daerah s Muang Yala. Pada 4 Juli, tiga bom yang ditanam meledak di Daerah Jabat (Resok) Wialayah Menara secara serentak melukai 12 polisi dan penduduk desa.
Pada 20 Juli, hari pertama Ramadhan bom seberat 50kilogram mengenai kendaraan tentara yang sedang ronda di daerah Tanjung Mas Wilayah Menara dan melukai 7 tentara.
Seperti diketahui, Patani (Fattani) adalah sebuah negara Melayu yang pernah berdaulat yang diperintah oleh kesultanan Melayu. Patani adalah sebagian dari Tanah Melayu. Namun pada pertengahan abad ke-19 Patani telah menjadi korban penaklukan Kerajaan Siam (kini Thailand). Dalam usahanya mengokohkan kedudukannya di Pattani, pada tahun 1902 Kerajaan Siam melaksanakan Undang-undang Thesaphiban.
Dengan ditandatanganinya Perjanjian Bangkok tahun 1909, Patani telah diakui oleh penjajah Inggris sebagai bagian dari jajahan Siam (Thailand) tanpa mempertimbangkan keinginan penduduk asli Melayu Patani. Sejak penghapusan pemerintahan Kesultanan Melayu Pattani, masyarakat Melayu-Pattani (mayoritas Muslim) berada dalam posisi tertekan dan lemah. Penduduk Melayu telah menjadi korban sebuah pemerintahan yang tidak diperintah dengan baik. Sejak itulah konflik dan perlawanan mulai terjadi.
Kini, Patani merupakan salah satu provinsi (changwat) di selatan Thailand. Provinsi-provinsi yang bertetangga dengan provinsi ini adalah Narathiwat (Menara), Yala (Jala) dan Songkhla (Senggora). Masyarakat setempat menyebut provinsi mereka dengan Patani Darussalam atau Patani Raya.*