Hidayatullah.com—Sutradara Filipina Brillante Mendoza mengatakan bahwa Muslim Mindanao sangat tenang dan tidak seperti yang dipersepsikan buruk oleh orang banyak selama ini.
Dalam wawancaranya dengan AFP hari Kamis (6/9/2012) pada Festival Film Venisia, Mendoza mengatakan ingin menampilkan sisi berbeda dari komunitas Muslim yang mengalami konflik di Filipina.
Film Mendoza berjudul ‘Sinapupunan’ (Rahimmu) premier di Venisia dan menjadi salah satu dari 18 film yang memperebutkan Golden Lion Award dalam festival film bergengsi dan paling tua di dunia itu. Film tersebut dibuat di Kepulauan Tawi-Tawi, wilayah Mindanao tempat mayoritas Muslim Filipina tinggal.
Sinapupunan bercerita tentang seorang isteri yang tidak dapat hamil dan sepakat dengan suaminya untuk mencari ibu pengganti.
“Salah pandangnya adalah bahwa tempat itu (Mindanao) dianggap sebagai tempat yang sangat penuh dengan kekerasan, sangat agresif dan sangat berbahaya. Padahal tidak demikian adanya,” kata Mendoza, menjelaskan kondisi masyarakat Muslim Mindanao yang sebenarnya.
“Saya terkejut saat (pertama kali) tiba (di sana). Sangat berbeda dengan apa yang kita sangka. Orang-orang di sana tidak agresif, mereka sangat kalem, mereka tidak bersikap melawan dan mereka memiliki budaya yang mengagumkan,” jelas Mendoza kepada AFP.
“Hal itu merupakan penemuan bagi saya dan saya pikir saya harus membagikan (pengetahuan) ini,” imbuhnya.
Muslim di Filipina yang banyak bermukim di wilayah Mindanao terlibat konflik dengan pemerintah Manila sejak tahun 1970. Pembicaraan damai telah digelar selama sekitar 10 tahun, namun belum menemui titik terang.
Di wilayah Mindanao terdapat banyak sumber daya alam, yang diincar oleh pemerintah pusat. Muslim Mindanao, yang dimarjinalkan oleh pemerintah Filipina, menuntut hak otonomi yang lebih besar untuk mengelola wilayah dan sumber daya yang ada di daerah itu.
Filipina adalah sebuah negara kepulauan dengan penduduk mayoritas beragama Kristen Katolik, yang menjadi agama negara, dan merupakan komunitas Katolik terbesar di kawasan Asia.*