Hidayatullah.com–Aljazair dalam pidatonya di hari Sabtu (29/09/2012) menuntut upaya baru untuk membatasi kebebasan berekspresi guna mencegah serangan yang merendahkan Islam, dan meminta PBB memimpin dalam perdebatan berkaitan dengan kebebasan berbicara dan toleransi beragama.
Dalam pidatonya di hadapan Majelis Umum PBB, Menteri Luar Negeri Aljazair Mourad Medelci menyerukan aksi global di bawah naungan PBB untuk menanggapi demonstrasi kekerasan yang diprovokasi oleh video produksi Amerika Serikat yang mengolok-olok kaum Muslim dan Nabi Muhammad SAW.
Tetapi, seperti diberitakan laman Arab News, Medelci tidak menawarkan rincian bagaimana cara PBB bisa campur tangan. Seruannya mengikuti tuntutan serupa di Majelis Umum dari sejumlah pemimpin di dunia Muslim yang menginginkan undang-undang baru untuk melarang penghinaan terhadap Islam.
Di sela-sela forum tahunan itu, Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Ekmeleddin Ihsanoglu, kepada The Associated Press Sabtu dalam wawancara terkait kematian dua lusin orang dalam protes terhadap film anti-Islam, menekankan perlunya undang-undang baru.
Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah Aman mengatakan kepada Majelis Umum bahwa pencipta film anti-Islam dan orang-orang di balik penerbitan karikatur Nabi oleh mingguan Prancis Charlie Hebdo, telah menunjukkan “niat jahat terang-terangan” terhadap Muslim.
“Ketika kita melakukan diskriminasi terhadap gender, hal itu disebut seksisme. Ketika Amerika Afrika dikritik dan difitnah, itu disebut rasisme. Ketika hal yang sama dilakukan terhadap orang-orang Yahudi, orang-orang menyebutnya Anti-Semitisme. Tapi mengapa ketika Muslim difitnah, stigma itu dipertahankan sebagai ‘kebebasan berekspresi’?” kata Aman di Majelis Umum.
Aman percaya hal itu tinggal menunggu “waktu untuk masuk ke jantung masalah dan perdebatan yang sebenarnya antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab sosial, tugas dan kewajiban”
Presiden Pakistan Asif Ali Zardari dalam pidatonya hari Selasa di Majelis Umum meminta PBB mengambil aksi mengatasi “keretakan lebar” antara dunia Muslim dan Barat.
Italia dan Yordania hari Kamis pada pertemuan di sela-sela forum sudah bekerja pada sebuah inisiatif untuk mempromosikan toleransi beragama, yang telah dimulai sebelum video anti-Islam itu muncul. Dorongan untuk mendorong pemahaman yang lebih baik akan diwujudkan dalam konferensi ahli dan akademisi dalam beberapa bulan mendatang.
Presiden Mesir Muhammad Mursi juga menyerukan batasan kebebasan berbicara, untuk membantu melindungi “dunia dari ketidakstabilan dan kebencian.”
Mursi mengatakan Rabu, negaranya akan menghormati kebebasan berekspresi, tetapi hanya bila “tidak digunakan untuk menghasut kebencian terhadap siapa pun, dan tidak diarahkan terhadap satu agama tertentu atau budaya.”
Presiden Yaman Abd Rabbo Mansour Hadi mengatakan di Majelis Umum pada hari Rabu, “harus ada batas untuk kebebasan berekspresi, terutama jika kebebasan seperti menghujat kepercayaan bangsa-bangsa dan memfitnah figur yang dihormati.”
Zardari memperingatkan, “masyarakat internasional tidak harus menjadi pengamat yang diam.” Dalam pidato Selasa, ia menyerukan kriminalisasi atas “perbuatan yang menghancurkan perdamaian dunia dan membahayakan keamanan dunia dengan menyalahgunakan kebebasan berekspresi.”*