Hidayatullah.com—Sejumlah anggota Al Ikhwan Al Muslimun yang ditahan aparat Uni Emirat Arab dengan tuduhan melakukan konspirasi melawan negara tinggal di ruangan berpendingin udara, dilengkapi dengan furnitur dan mendapatkan makanan ala hotel bintang lima terbaik di negara itu, kata kelompok hak asasi manusia hari Selasa, lansir situs UEA The National (24/10/2012).
Anggota Asosiasi HAM UEA (HRA) mengunjungi tahanan yang dikurung di kejaksaan pusat di ibukota Abu Dhabi.
Ketua HRA Abdul Ghaffar Hussain mengatakan, organisasinya senang melihat bagaimana para tahanan diperlakukan dan tidak disiksa seperti yang dilaporkan oleh kelompok-kelompok HAM internasional.
Seorang anggota kelompok Al Islah, sebuah organisasi yang memiliki keterkaitan dengan Al Ikhwan, mengaku dalam sebuah laporan yang ditulis media Inggris Guardian bahwa anggotanya disiksa oleh aparat.
Pada bulan Agustus lalu, Human Rights Watch (HRW) menyeru diakhirinya apa yang mereka sebut dengan “perkembangan HAM di Uni Emirat Arab yang meresahkan,” di mana pihak berwenang melakukan sejumlah penangkapan, penahanan dan deportasi untuk menekan para aktivis politik damai.
Hussain mengatakan bahwa laporan HRW mengenai penyiksaan para aktivis di UEA itu tidak berdasar dan HRW “memiliki agenda politiknya sendiri.”
Delegasi dari asosiasi (HRA) yang mengunjungi para tahanan mendapati bahwa ruangan mereka baik, berpendingin udara, kasurnya baik, makanan tersedia dan sangat baik dan didatangkan di hotel-hotel bintang lima,” kata Hussain.
“Mereka juga mendapatkan akses kesehatan 24 jam sehari dan bisa berbicara dengan keluarga mereka dua kali seminggu.”
“Dan yang membuat sangat senang adalah perlakuan atas mereka semuanya sama, tidak ada yang diperlakukan berbeda,” katanya.
“Perlu diketahui salah satu seorang tahanan adalah kerabat dari keluarga penguasa di UEA,” kata Hussain.
HRA juga meluruskan tudingan yang mengatakan bahwa kejaksaan mengulur-ulur proses hukum para tahanan.
Dijelaskan oleh salah seorang anggota dewan direktur HRA, Jamila Al Hamili, bahwa saat ditanya mengapa proses hukum sejumlah tahanan belum dilanjutkan, pihak kejaksaan mengatakan mereka sangat berhati-hati dalam memproses hukum para tahanan.
Sebagai contoh, kata Jamila Al Hamili, kejaksaan mendapati bahwa sejumlah akun Twitter yang katanya milik tahanan ternyata palsu, karena dibuat setelah tahanan itu dijebloskan dalam kurungan.
Sebagaimana diketahui, Twitter dan Facebook kerap dijadikan media mengkritik penguasa oleh warga di negara-negara Timur Tengah.
“Sebagian besar apa yang ada di Twitter adalah tidak benar,” kata wanita itu.
“Ada sebagian orang yang ingin mengaburkan realita, di sini ini kita harus berhati-hati.”
Pengamat HAM Uni Emirat Arab itu juga mengatakan bahwa keluarga para tahanan mendapatkan uang dari kepala negara UEA Syeikh Khalifa sebanyak Dh50.000.
“Sebagian menolak uang itu, tapi sebagian lainnya meminta tambahan. Dan pemerintah memberikannya kepada mereka,” kata Hussain.
Saat ditanya apakah ada tahanan wanita di sana. Jamila Al Hamili tidak memberikan keterangan yang jelas.
“Saya berharap kasus-kasus ini akan segera tuntas,” kata Hussain.*