Hidayatullah.com— Pegiat HAM Human Right Watch (HRW), Sabtu merilis gambar baru yang menunjukkan pengrusakan di distrik barat Burma akibat kekerasan etnis. HRW mengatakan lebih dari 800 bangunan dan rumah perahu terbakar. Gambar satelit juga menunjukkan sekitar 14 hektar kawasan terbakar di Kyaukpyu, kota pantai di Rakhine.
Pegiat HAM asal AS menyatakan kebanyakan warga di kawasan tersebut adalah Muslim Rohingya, yang menjadi target serangan non-Muslim yang menyebut mereka tidak termasuk dalam Burma (sebutan lain Republik Persatuan Myanmar).
Banyak warga Rohingya yang diyakini kabur dengan menggunakan kapal ke laut akibat bentrok hari Jumat (26/10/2012) yang berlangsung di enam kota. Lebih dari 67 orang tewas akibat kekerasan yang bertepatan dengan Hari Raya Qurban bagi umat Islam Myanmar. Para pemimpin Muslim di Mymanmar mengaku tak merayakan lebaran Idul Adha kali ini karena alasan keamanan.
“Pemerintah Burma harus dengan cepat menjamin keamanan bagi Rohingya di Rakhine, yang menjadi target serangan brutal,” kata Phil Robertson, wakil direktur HRW Asia dikutip BBC.
”Kecuali pemerintah mulai menangani akar penyebab kekerasan, maka ini hanya akan bertambah buruk,” katanya.
PBB sebelumnya memperingatkan bahwa program reformasi negara itu terancam akibat kekerasan komunal yang berlanjut antara kelompok lokal Budha dan Muslim Rohingya.
67 orang dinyatakan tewas pekan ini. Voice of America (VOA) mengestimasikan, bentrok Jumat pagi menyebutkan korban tewas lebih dari 100. Namun data ini dibantah jurubicara negara bagian Rakhine, U Win Myaing. Kepada VOA Siaran Burma, ia mengatakan jumlah korban jiwa jauh di bawah angka itu.
“Sejak awal kekerasan yang baru terulang lagi di enam wilayah, termasuk Yethedaung dan Kyauktaw, sejauh ini korban tewas adalah 33 pria dan 31 wanita, sementara 68 pria, 4 wanita, termasuk 10 anak cedera. Angka ini mencakup di kedua belah pihak,” ujar U Wing Myaing dikutip VOA.
Menurut VOA, semenjak hari Jumat, sejumlah Rumah Sakit sibuk mengobati korban cedera yang terus berdatangan siang dan malam.
Namun jumlah korban tewas yang lebih rendah itu tidak menghilangkan rasa cemas mereka yang di daerah-daerah yang luluh lantak akibat kekerasan itu, di mana sebagian warga desa menuduh pasukan keamanan Burma memperburuk situasi.
“Militer menembaki. Padahal orang-orang ini mungkin hanyalah wisatawan yang ingin mengunjungi kota kami. Mereka tidak menyelidiki. Ketika militer melihat satu perahu motor pergi, mereka langsung menembak,” ujar seorang warga desa.
Umat Muslim Rohingya dan Budha Rakhine telah terlibat bentrokan sejak ketegangan berkobar lagi hari Ahad. Pejabat pemerintah mengatakan selain korban manusia, hampir 2.000 rumah dan delapan rumah keagamaan hancur karena kebakaran.
Rohingya selama ini dianggap sebagai imigran ilegal oleh pemerintah Burma.Kali ini kaum non-Muslim juga dilaporkan menjadi target penembakan dari pasukan pemerintahan dan menimbulkan banyak korban.
Pemerintah menyatakan jam malam diberlakukan di kawasan tersebut, tetapi kekerasan terbaru yang pecah sejak Juni silam ini membuat kebijakan ini dianggap tidak memadai.
Seperti diketahui, Juni lalu, kekerasan etnis di Rakhine menewaskan 90 orang dan menghancurkan lebih dari 3.000 rumah. Sejak itu, sekitar 75 ribu orang tinggal di penampungan.*