Hidayatullah.com—Wartawan Tunisia Nadia Daud hari Rabu (6/2/2013) mengungkapkan penjelasan mengejutkan tentang peristiwa pembunuhan tokoh oposisi Tunisia ketua partai Uni Nasional Demokratik Syukri Belaid.
Jurnalis wanita itu menunjuk keanehan yang terjadi pada sopir Belaid, di mana orang tersebut tidak terlihat gemetar, berteriak ataupun pingsan saat pembunuhan itu terjadi, lansir Al-Arabiya.
Nadia Daud yang menyaksikan peristiwa pembunuhan itu mengatakan bahwa dia tinggal di gedung yang sama dengan Belaid. Tempat tinggalnya berada di lantai empat sedangkan Belaid di lantai pertama.
Kepada radio Tunisia Express FM Daud menceritakan sambil menangis bahwa dirinya sedang berdiri di atas balkon ketika melihat sopir Belaid menanti majikannya di mobil seperti kebiasaannya setiap hari.
Seseorang terlihat mendekati sopir Belaid, berbicara dengannya, kemudian pergi sebelum Belaid muncul dan meninggalkan rumahnya.
Kemudian terlihat sebuah sepeda motor yang ditumpangi oleh dua orang melintas. Mereka mendekati Belaid dan membuka pintu mobilnya. Seorang pria bersenjata dari atas motor menembak Belaid satu kali dalam tembakan pertama. Orang itu kemudian kembali menarik pelatuk dan menembak Belaid tiga kali lagi.
Menurut Daud, tembakan pertama diarahkan ke bagian torso Belaid. Tembakan selanjutnya mengarah ke dada dan perut tokoh oposisi Tunisia itu.
Daud mengaku tidak bergerak cepat untuk mengambil kameranya dan mengabadikan peristiwa itu. Namun, saat ambulan datang di tempat kejadian, dia berhasil mengambil senjumlah gambar.
Jurnalis perempuan itu menaruh curiga kepada sopir Belaid, sebab sikapnya kelihatan sangat aneh atas pembunuhan majikannya yang terjadi di depan matanya.
Daud juga mengaku belum memberikan keterangan resmi kepada polisi sebagai saksi, sebab dirinya kehilangan kepercayaan terhadap institusi polisi di Tunisia.
Belaid, tokoh aliran kiri yang dikenal sebagai pengkritik keras pemerintahan Islam Tunisia, tewas di depan rumahnya pada hari Rabu kemarin. Belaid aktif merekrut para mahasiswa di perguruan-perguruan tinggi untuk melawan kebangkitan pengaruh Islam di Tunisia.*