Hidayatullah.com–Junta militer Myanmar mengumumkan akan memberi amnesti kepada ratusan tahanan, termasuk 42 orang asing, dalam rangka perayaan tahun baru agama Buddha. Namun, tahanan politik kabarnya tidak termasuk.
Junta militer Myanmar hari Ahad (17/4/2022) mengatakan akan membebaskan 1.619 tahanan dari penjara di seluruh negeri untuk menandai tahun baru Buddha, agama resmi negara Myanmar.
Pengumuman bahwa 1.619 tahanan, termasuk 42 orang asing, telah “diampuni” dan akan dibebaskan dan disiarkan di televisi pemerintah.
Letnan Jenderal Aung Lin Dwe, sekretaris negara junta, menandatangani sebuah pernyataan yang mengumumkan amnesti hari raya itu “guna membawa kegembiraan bagi rakyat dan mengatasi masalah kemanusiaan.”
Pemberian amnesti kepada para tahanan dalam rangka perayaan tahun baru Buddha oleh pemerintah Myanmar sudah biasa dan rutin dilakukan.
Namun, tidak ada aktivis politik yang dibebaskan dari penjara Insein di Yangon, lapor Reuters seperti dilansir DW.
Seorang tahanan yang dibebaskan dikutip oleh kantor berita AFP mengatakan bahwa “tahanan kasus politik dan pengunjuk rasa tidak termasuk di antara mereka yang dibebaskan.”
Menurut kelompok aktivis Assistance Association of Political Prisoners (AAPP), militer telah menangkap sedikitnya 13.282 orang oposisi dan membunuh 1.756 lawan politiknya sejak kudeta tahun lalu.
Di antara mereka yang ditahan adalah pemimpin pemerintah yang digulingkan Aung San Suu Kyi, yang dibui di ibukota Naypyidaw, dan penasihat ekonominya asal Australia, Sean Turnell, yang berada di penjara Insein di pinggiran Yangon (ibu kota lama Myanmar).
Apa saja dakwaan yang dikenai atas Turnell belum dipublikasikan, meskipun televisi pemerintah mengatakan dia memiliki akses ke “informasi rahasia keuangan negara” dan mencoba kabur dari Myanmar.
Kelompok-kelompok HAM menyuarakan keprihatinan tentang dakwaannya. Kedutaan Australia ditolak akses ke persidangan Turnell pada bulan September.*